Stopping By

182 27 15
                                    

Setelah menghabiskan rotinya masing-masing, Akutagawa dan Chuuya serta rombongan lainnya segera turun ke tempat peristirahatan khusus untuk VIP. Tentu saja guna menghindari kerumunan orang yang akan meminta tanda tangan, foto, dan lain-lain yang bisa menghambat perjalanan.

"Oy, Akutagawa-kun, ikou," Ujar Chuuya menarik-narik jumbai pakaian yang Akutagawa kenakan saat itu, membuatnya bangkit dari duduknya dan langsung ikut keluar limusin yang dingin itu.

Udara luar sangat sejuk, mungkin bisa dibilang dingin. Akutagawa mengenakan syal yang ia bawa dari rumahnya, atas permintaan adiknya tentu saja.

"Kak, tidak makan?" Tanya Gin tiba-tiba di hadapan kakaknya. "Tadi sudah makan roti dan teh, sepertinya aku tak perlu apapun sekarang,", "Hee... soukka... mau beli teh lagi? Untuk di jalan?" Tawar Gin menunjukkan sebuah Cafè di dekat tempat peristirahatan ini. Cafè kelas atas yang kualitasnya tidak diragukan lagi. "Mungkin akan kubeli untuk stok nanti perjalanan," Ujar Akutagawa, "Kau sendiri?"

"Mungkin aku akan membeli beberapa keripik. Enak untuk dimakan tengah perjalanan sambil nonton," Gin menolehkan wajahnya pada sebuah toko kecil yang isinya lengkap. Namun sebelum Gin hendak pergi, Mori sudah kembali memanggil mereka semua.

"Ha'i, ha'i, semuanya, kalian bebas beristirahat dimanapun selama 30 menit, nanti kita akan berangkat lagi setelah itu," Ujar Mori mengumumkan.

30 menit... waktu yang cukup untuk membeli teh lalu kembali ke titik kumpul, begitu batin Akutagawa.

"Ohayou, mo! Agensi Port Mafia!" Sapa sebuah suara yang membuat Akutagawa menoleh.

"Kau kenal aku kan? Kan?" Pria itu terlihat sangat bersemangat, penampilan rambut panjang terkepang rapi silvernya dengan topi khasnya, "Jawabanmu... salah! Aku Gogol! Nikolai Gogol! Hajimemashite!"

Akutagawa hanya kebingungan melihatnya, namun dua pria lain di belakangnya itu menepuk pundak Gogol ini, lalu meminta maaf. "Sumimasen, Anda Akutagawa-san, kan? Gogol memang terlalu semangat soal perjalanan ini. Ia bilang ini adalah field trip..." Katanya, "Ah ya, aku Sigma, panggil saja begitu, dan ini Fyodor, Fyodor Dostoyevsky," Pria itu mengenalkan dirinya dan satu temannya lagi. Pria yang dipanggil Fyodor itu memiliki tatapan tajam setajam silet, membuat Akutagawa teringat akan seseorang.

"Ah—ya... mohon kerjasamanya," Tukas Akutagawa.

"Nee—oh! Decay of Angels ya???" Si mata biru yang baru saja datang dari sebuah toko kecil itu langsung mengenal grup band itu.

"Ding dong~! Soda ne!" Seru Gogol tertawa lebar. Memang salah satu member yang seru kelihatannya. Chuuya yang awalnya biasa saja akhirnya ikut tertawa melihat tingkahnya.

Diam-diam si surai hitam melirik ke arah Chuuya yang tertawa bahagia itu. Menghangatkan hatinya. Namun hal itu akan segera sirna ketika ia tahu, Tanteisha juga ikut acara ini.

"Nee, bagaimana debut grup kalian?" Tanya Chuuya. "Hoo? Kami baik-baik saja, Dos-kun malah selalu mengomel ketika kumainkan biola dengan cara memainkan gitar," Ucap Gogol dengan nada yang lucu. Sigma menggelengkan kepalanya, "Yah—tentu saja ia akan marah, konyol sekali..."

"Sepertinya kalian semua berelasi dengan baik ya?" Komentar Chuuya memperhatikan satu persatu dari mereka. "Tentu saja! Kita semua berteman baik, kan, Sigma-kun?", "Ha'i, betul,"

"Begitupun dengan kita, kan, Akutagawa kun?" Sebuah tangan merangkul leher si surai hitam dengan cepat, membuatnya tersentak kaget. Jelas itu bukan tangan Chuuya, mana mungkin ia akan berlaku sekasar itu. "Ini—" Tepat sesuai dugaan si surai hitam, Dazai dan Atsushi juga ikut acara ini. Tidak mengagetkan sih, namun tak ada yang menyangka ia akan muncul begitu saja di sini.

"Dazai-san—jangan terlalu mengagetkan orang..." Ujar Atsushi dengan badan agak dibungkukkan, meminta maaf pada Chuuya atas kelakuan Dazai yang tiba-tiba merangkul Akutagawa yang masih dalam kondisi terkejut itu.

"Hoi... kuso Dazai... lepaskan dia," Perintah Chuuya agak jengkel, namun agak ditahan karena masih ada Decay of Angels yang melihat mereka.

Dazai juga memanfaatkan kondisi itu dengan bersikap semanisnya, "Soukka? Tak apalah, hanya sebentar ya,"

"Lepaskan—dia itu tidak nyaman tau!" Tegas Chuuya lagi.

"Ii'e! Nanti ya," Dazai menyeringai licik, "Urusanmu belum selesai lho,"

Gaze Upon Music II - When Love and Hate CollideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang