"Ah, kalian kembali juga. Saya pikir kalian takkan kembali secepat ini. Kouyou-kun sedang membereskan check-outnya. Kalian sebaiknya segera merapikan barang kalian dan ikut melakukan check-out," Perintah Mori agak tergesa-gesa, meskipun jadwalnya tampak tidak akan kacau.
"Ha'i, siap laksanakan,"
***
"Ano... Chuuya-sa--"
"Nanti saja, Ryu, kita harus cepat-cepat membereskan barang-barang kita,"
"Ha'i, maaf,"
***
"Sudah beres semua? Ayo, kita harus segera pergi sesuai jadwal. Reporter berkata akan terjadi kemacetan parah," Jelas Mori dengan cepat, dan semua anggotanya dengan sigap masuk ke mobil pribadi masing-masing yang sudah disewakan dari Yokohama.
Dengan cepat mereka memasuki mobil pribadi mereka secara berpasang-pasangan. Namun, karena Akutagawa tidak mengizinkan, maka Gin akhirnya diminta untuk duduk berpasangan dengan Higuchi.
"Kau memang saudara yang peduli, ya?" Tanya Chuuya tersenyum kecil pada si surai hitam.
"Tidak," Akutagawa memalingkan wajahnya.
Ia hanya tidak terbiasa dengan saudarinya yang duduk hanya berduaan dengan lelaki yang ia bahkan tidak terlalu dekat.
Yah, sebenarnya tidak salah juga.
"Omong-omong... apakah ada yang ingin kaubicarakan?" Tanya si surai senja, memfokuskan kemudi mobilnya ke jalan raya yang mulai memadat.
"Ah... soal itu," Akutagawa agak ragu, "Aku menemukan ponsel lain di tasmu,"
"Ponsel? Ponselku memang ada dua," Ujar Chuuya keheranan, "Ponsel yang seperti apa?"
"Bukan ponselmu, yang pasti berbeda model, namun benda itu bagiku sangat mencurigakan,"
"Kau menyingkirkannya?"
"Tidak, aku membawanya," Akutagawa mengeluarkan ponsel lain dari saku coatnya. Ponselnya tidak terlihat seperti model biasanya. Modelnya sangat canggih. Layarnya bersih mengkilap, seperti tidak ada bekas sentuhan tangan pemiliknya, siapapun itu.
"Mungkin salah satu pelayan kamar salah meletakkannya?" Si surai senja tetap memfokuskan pandangannya ke depan.
"Sudah kutanyakan," Ungkap si surai hitam, "Ini malah tidak pernah mereka lihat,"
Chuuya mulai mengalihkan pandangannya ke arah Akutagawa yang masih memegang ponsel tersebut.
"Sebentar, apa kau bilang?"
"Ponsel ini tidak mereka ke--"
CIIIIT!
"Chikuso-!" Chuuya menghentikan mobilnya mendadak, melihat orang menjengkelkan yang tiba-tiba melintas di depannya tanpa memberi peringatan terlebih dahulu.
Hampir saja ia menabrak mobil tersebut.
Sepertinya orang itu pemabuk.
"HOI SIALAN, LIHAT KEMANA KAU MENGEMUDI!" Hardik seorang pria dari dalam kaca mobilnya. Benar-benar tak bermoral.
Tatapan manik biru si surai senja membara, hatinya terasa panas. Namun, ia tidak bisa melawan atau skandal akan menanti mereka.
"Ah, persetan," Ia mendengus kesal, "Maaf, kau tak apa?"
"Ii'e, aku baik-baik saja, sebaiknya... aku diam dulu agar tidak mengganggu fokus di tengah jalan," Ujar si surai hitam, secara tidak sengaja merasa bersalah karena terus menerus mengajaknya berbicara.
"Ah, soukka," Si manik biru menghela napas, "Tak apa, bukan salahmu,"
Akutagawa kembali tenggelam dalam pikirannya sendiri. Pikirannya diliputi hawa negatif. Entah kenapa, ia merasa ada yang salah dengan ponsel tersebut. Namun, ponsel tersebut terlihat bersih tanpa jejak. Benar-benar aneh. Jika ada orang yang meletakkannya tanpa sengaja, maka akan terlihat bekas sidik jari.
Kecuali...
Memang sudah ada yang merencanakan.
Ah, jangan berpikir macam-macam dulu. Batin si surai hitam.
***
"Kau punya ponsel yang terhubung dengan ponsel yang diletakkan di tas Nakahara-san?"
"Ya, sudah kusinkronkan,"
"Bagus, semua bisa berjalan lancar. Tinggal tunggu waktu mainnya, jika mereka cerdas, mereka akan menghancurkan ponsel tersebut. Jika tidak, maka mereka akan mendatangi spesialis ponsel untuk mengeceknya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaze Upon Music II - When Love and Hate Collide
Fanfiction• When love and hate collide • Sebuah kasus terjadi seiring berjalannya waktu. Chuuya dan Akutagawa sudah dilanda berbagai macam kejadian yang hampir menjatuhkan reputasi mereka. Siapakah dalang dari semua ini? Apakah itu Dazai? Chuuaku fanfiction N...