"He likes you and i don't like it."
-NovaLea-
"Lo suka sama cewek gue?"
Fahri terdiam begitu mendengar pertanyaan Nova. Beberapa saat kemudian, ia pun tertawa dengan kaku.
"Lo tenang aja, gue gak mungkin ngambil punya temen sendiri." ucap Fahri seraya mengalihkan pandangannya. Menghindari manik hitam Nova yang terus mengarah padanya.
"Jawabannya gak make sense sama pertanyaan gue barusan." Jeda sebentar kemudian lelaki itu melanjutkan ucapannya. "Sekali lagi gue tanya. Lo suka sama cewek gue?"
Atmosfer menjadi canggung seketika.
Kelima cowok yang memperhatikan interaksi keduanya saling melirik. Nova tidak pernah membahas tentang perempuan sampai sejauh ini sebelumnya.
Fahri menelan ludahnya susah payah. Ingin menjawab tapi lidahnya terasa kelu. Kenapa dia harus segugup ini? Kalau dirinya tidak menyukai Valea tinggal jawab 'Tidak suka' saja kan?
Marcel melototkan matanya ketika maniknya bersinggungan dengan manik Fahri yang sedari tadi tidak bisa diam. Mengisyaratkan supaya Fahri segera menjawab.
"Demi kaleng Khong Guan yang isinya rengginang. Mana mungkinlah gue suka Valea," jawab Fahri sambil memaksakan dirinya untuk tertawa.
"Ada-ada aja lo," lanjutnya dengan sisa-sisa tawa yang tidak enak didengar.
Nova mengangkat sebelah alisnya, mata tajamnya masih menyorot Fahri yang sudah ketar-ketir di tempatnya.
"Beneran Nov. Gue gak akan suka lagi sama Valea," Fahri berujar seraya memegang erat gelas di hadapannya. Bahkan kopi hitamnya pun belum sempat ia habiskan.
"Suka lagi? Maksudnya lo pernah suka sama cewek gue sebelumnya? Iya?" serobot Nova tak santai. Raut wajahnya memerah, rahangnya juga mengeras. Kentara sekali bahwa lelaki itu sedang menahan amarahnya.
Fahri mengumpat dalam hati. Bisa-bisanya dia salah memilih kalimat. Laki-laki itu melirik Nova lewat ekor matanya kemudian menghela nafas.
"Maksudnya gue gak akan suka sama cewek lo. Sampai kapanpun." ralatnya cepat.
"Udahlah Nov. Lo tenang aja. Gue gak se-brengsek itu sampai embat punya teman sendiri." lanjut Fahri kemudian menyesap kopi hitamnya. Membasahi kerongkongannya. Pembahasan barusan cukup berat sampai-sampai kerongkongannya terasa kering.
Suara pesan masuk yang berasal dari ponsel ber- case hitam pekat menarik perhatian semuanya.
Laki-laki dengan codet di sudut mata kirinya itu mengulurkan tangan, meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja. Ada notifikasi pesan masuk dari Pak Samsul, pemilik tempat cuci motor.
Setelah membaca pesannya, ia pun menyimpan ponselnya di saku celana kemudian menyambar kunci motornya.
"Gue balik duluan." pamitnya sambil berdiri dari duduknya.
Nova menaiki motornya, kemudian meraih helm full face- nya kemudian memakainya.
"Lo balik gara-gara ngambek sama gue?" tanya Fahri dengan wajah memelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
NovaLea
Teen Fiction[REVISI] Nova Pradipta Bagaskara dan Valea Shabita Maheswari. Berawal dari pertemuan keduanya yang tidak disengaja, saling mengenal satu sama lain, dan tanpa disangka salah satu darinya memiliki perasaan lebih dari seorang teman. Kisah seorang ketua...