[21] Jawaban menyakitkan

93 6 4
                                    

-NovaLea-

"Thanks" ujar Valea setelah turun dari motor Nova.

"Sama-sama" sahut Nova sambil membuka helmnya.

"Mau mampir dulu?" tanya Valea.

"Gak usah"

"Ya udah, kalo gitu gue masuk dulu," pamitnya lalu membalikkan tubuh.

"Val," panggilan tersebut membuat Valea membalikkan tubuhnya kembali ke posisi semula.

"Ya?" Valea bertanya sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Jangan lupa pikirin jawabannya" Nova mengingatkan.

"Iya," jawabnya sambil tersenyum kikuk.

"Kalo gitu gue balik," pamit Nova sambil memakai helmnya kembali kemudian menyalakan mesin motornya.

"Hati-hati" Walaupun terdengar samar karena teredam oleh suara deru motor, Nova masih bisa mendengarnya.

"Siap" Laki-laki itu menyahut tanpa bisa menahan diri untuk tersenyum.

Motor ninja hitam itu melesat dengan cepat menjauhi rumah Valea dan menghilang di tikungan.

Saat Valea masuk kedalam rumah, sudah ada Kenan, Sehan, dan Anita yang sedang duduk di sofa ruang tengah.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" sahut ketiganya lalu memusatkan perhatiannya pada Valea.

"Kenapa baru pulang?" tanya Kenan santai namun terkesan tegas.

"Tadi nunggu hujan reda" Valea tidak bohong, ia memang menunggu hujan reda di dalam kafe tadi bersama Nova.

"Itu apaan?" tanya Sehan sambil melirik kantong plastik yang dipegang Valea.

"Martabak" jawab Valea sambil mengangkat kantong plastiknya.

"Beli dimana?" tanya Anita.

"Perempatan" jawab Valea.

"Perempatan? Bukannya sekolah kamu gak lewat perempatan?" Kenan bertanya sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Abis darimana?" tanyanya lagi.

"Itu.. tadi ke kafe dulu bareng temen," jawab Valea sambil menggaruk pipinya yang tak gatal sama sekali.

"Cewek apa cowok?" tanya Anita.

"Pasti cowok," ujar Sehan ketika Valea hanya diam saja.

Valea tidak menjawab, gadis itu hanya menyimpan plastik martabaknya kemudian pamit untuk membersihkan diri.

"Itu martabaknya boleh dimakan, Lea ke atas dulu," Setelah itu ia pun bergegas menuju lantai dua.

"Aneh" gumam Anita sambil memandang punggung Valea yang menjauh.

"Tadi kata Lea martabaknya boleh dimakan 'kan?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Sehan membuat Anita dan Kenan menoleh padanya kemudian mengangguk bersama-sama.

NovaLeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang