Menaruh benci sama halnya dengan membawa beban. Semakin banyak orang yang kita benci, semakin berat beban yang kita tanggung. Jadi, apa salahnya memaafkan?
-NovaLea-
"Ayo pulang!" ajak Nova sambil berjalan mendahului Valea.
"Eh, kamu beneran marah?" tanya Valea sambil menyusul Nova.
Nova tidak menjawab, laki-laki itu semakin mempercepat langkahnya, meninggalkan Valea.
"Nova!" panggil Valea sambil menarik ujung hoodie yang digunakan laki-laki itu.
"Apa, Valea?" tanya Nova sambil menghentikan langkahnya. Laki-laki itu langsung membalikkan tubuhnya ketika Valea tak kunjung menjawab.
"Kamu marah banget, ya?" tanya Valea sambil memalingkan wajahnya.
"Menurut kamu? Aku kagetlah waktu kamu ngomong kaya gitu," jawab Nova dengan wajah datarnya.
Valea meringis sambil menampilkan cengiran tak berdosanya.
"Udahan ya marahnya?" bujuk Valea dengan tatapan memohon.
Nova berdecak nyaring. Bisa-bisanya Valea menampilkan wajah menggemaskan seperti itu. Kalo kaya gini, mana bisa Nova marah, keburu gemas duluan.
"Valea," Nova dan Valea langsung menolehkan wajahnya ke asal suara.
Risa sedang berdiri tak jauh dari tempat mereka berdua sekarang. Matanya sembab, hidungnya juga merah, kentara sekali bahwa perempuan itu baru saja menangis.
Nova langsung menampilkan raut wajah datarnya begitu melihat keberadaan Risa. Sedangkan Valea, perempuan itu hanya mengernyitkan dahinya bingung. Ada urusan apa Risa memanggilnya?
"Iya, kenapa Ris?" tanya Valea.
Risa menghampiri Nova dan Valea kemudian berucap, "gue mau ngomongin sesuatu sama lo, bisa?"
Valea melirik Nova yang terlihat tidak peduli dengan keberadaan Risa.
"Bisa, ngomong aja,"
Risa melirik Nova sekilas kemudian tersenyum miris. "Gak disini, gue cuma mau bicarain ini berdua sama lo,"
Valea mengangguk singkat. "Oh, ya udah. Mau dimana?" tanyanya.
"Taman belakang sekolah," jawab Risa membuat Valea mengangguk.
"Nov, gue pinjem dulu Valea-nya," ujar Risa pada Nova.
Nova tidak menggubris ucapan Risa, laki-laki itu malah menolehkan wajahnya ke arah Valea.
"Aku tunggu di parkiran, jangan lama," pesannya sambil mengusap lembut rambut Valea. Seolah lupa bahwa dirinya sedang kesal pada perempuan itu.
Setelahnya, laki-laki itu pergi meninggalkan kedua perempuan tersebut.
•
•
•"Val," panggil Risa setelah cukup lama hening.
"Iya Ris, ada apa?" tanya Valea sabar, dari tadi Risa hanya memanggilnya tanpa membicarakan apa tujuan perempuan itu mengajaknya kemari.
"Maaf," setelah mengucapkan itu, Risa langsung memeluk Valea.
Valea hanya menghela nafasnya. Ia tidak mengerti.
Valea mengusap punggung gadis itu dengan lembut, ia tidak akan bertanya sebelum Risa menjelaskannya sendiri. Valea takut kalau pertanyaannya malah menyinggung perasaan gadis itu.
Suara isakan Risa mulai mereda, ia melepaskan pelukannya kemudian menyeka air matanya menggunakan punggung tangan.
"Maafin gue," ujar Risa sesenggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NovaLea
Teen Fiction[REVISI] Nova Pradipta Bagaskara dan Valea Shabita Maheswari. Berawal dari pertemuan keduanya yang tidak disengaja, saling mengenal satu sama lain, dan tanpa disangka salah satu darinya memiliki perasaan lebih dari seorang teman. Kisah seorang ketua...