"Waspada itu harus. Karena terkadang tikungan teman lebih tajam daripada tikungan lawan."
-NovaLea-
Sesuai ucapannya tadi pagi, sepulang sekolah Nova akan mampir ke rumah Valea untuk menjenguk gadis itu lagi.
"Gue pergi bentar. Lo duluan aja ke warungnya Bu Surti, ntar gue nyusul," tutur Nova kepada Septa yang sedang menstrater motornya.
"Sip. Kalo gitu gue duluan," pamit Septa sembari memasang helmnya.
Nova mengangguk mempersilahkan. Beberapa detik kemudian, motor ninja merah milik Septa sudah hilang di balik tikungan.
"Tadi kata Tante Anita, Valea demam sama maag- nya kambuh," gumam Nova kemudian menancap gas meninggalkan klinik tempat Risa ditangani.
Nova dan Septa bisa pulang dikarenakan orang tua Risa itu sudah selesai dari pekerjaannya sehingga bisa menjemput anak gadisnya yang baru saja mendapat musibah di sekolah.
Nova menjalankan motornya dengan kecepatan rata-rata di bawah langit Ibukota yang sedang terik-teriknya.
Lampu lalulintas berubah warna menjadi merah yang mengharuskan ia untuk menghentikan motornya.
Nova berdecak kesal. Sudah kepanasan karena teriknya matahari, ditambah dengan lampu lalulintas yang tak kunjung berubah menjadi warna hijau.
Setelah beberapa saat, ia menghela nafasnya kemudian menjalankan motornya kembali ketika lampu merah sudah berganti menjadi warna hijau.
🍁🍁🍁
"Assalamualaikum," Nova mengucap salam sembari mengetuk pintu cokelat di hadapannya.
Tak lama kemudian, pintu di hadapannya terbuka dengan perlahan, menampilkan seorang wanita setengah baya dengan apron yang terpasang di tubuhnya.
"Waalaikumsalam. Ayo masuk." sahut Anita seraya tersenyum kecil.
"Iya, Tante," Nova mengikuti Anita yang sudah masuk terlebih dahulu.
"Valea-nya udah bangun, lagi makan di dapur." ucap Anita sambil mengajak Nova ke arah dapur.
Nova hanya mengangguk saja.
Lelaki dengan balutan hoodie berwarna putih dan celana abu-abu khas anak SMA itu tersenyum ketika melihat Valea yang belum sadar akan kehadirannya. Gadis itu masih terlihat sibuk dengan makanan di hadapannya.
"Val," Anita memanggil seraya menghampiri anak gadisnya.
"Kenapa, Bun?" tanya Valea tanpa menoleh. Beberapa saat kemudian, ia pun menampilkan ekspresi kagetnya.
"Eh? Ada Nova?" lanjutnya dengan semburat merah yang sudah menjalar di sekitar wajahnya.
Valea menundukkan wajahnya, melihat penampilannya sekarang. Baju tidur merah muda dengan motif kura-kura. Gadis itu sudah mandi, tapi dikarenakan ia tak ada rencana untuk keluar rumah jadilah ia memutuskan untuk memakai baju tidur saja.
Jangan lupakan rambutnya yang hanya diikat asal-asalan yang pasti tak enak dipandang.
Bagaimana jika ada iler di sekitar bibirnya? Dan bagaimana juga jika ada kotoran di sekitar matanya? Pasti Nova akan mencap dirinya sebagai perempuan jorok dan pemalas.
KAMU SEDANG MEMBACA
NovaLea
Novela Juvenil[REVISI] Nova Pradipta Bagaskara dan Valea Shabita Maheswari. Berawal dari pertemuan keduanya yang tidak disengaja, saling mengenal satu sama lain, dan tanpa disangka salah satu darinya memiliki perasaan lebih dari seorang teman. Kisah seorang ketua...