[20] Sore hari di perempatan

87 8 5
                                    


-NovaLea-

"Gue suka sama lo. Apa lo mau jadi pacar gue?" Nova memang mengucapkannya dengan lancar, tapi didalam hati ia bergidik geli. Baru kali ini ia berbicara seperti itu pada seorang perempuan.

Sebenarnya, sebelum pulang sekolah ia sempat bertanya pada Fahri bagaimana caranya menyatakan perasaan pada seorang perempuan. Kalimat itu pun Fahri lah yang memberitahunya. Nova mana tahu hal-hal seperti itu.

Keadaan menjadi canggung seketika.

Valea menggerakkan tangannya, Nova yang mengerti pun melepaskan cekalannya lalu berujar, "Sorry"

Valea hanya mengangguk lalu menyembunyikan kedua tangannya di bawah meja. Ia meremas rok abu-abunya dengan kuat, gadis itu menjadi lebih gugup daripada sebelumnya. Dia sendiri tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

Sama halnya dengan Nova. Ia hanya diam saja, lebih tepatnya menunggu kata-kata yang akan terucap dari mulut Valea.

Apakah gadis itu akan menolaknya mentah-mentah? Atau mungkin gadis itu akan mengeluarkan kata-kata pedas karena laki-laki urakan seperti Nova sudah lancang memiliki perasaan berlebihan terhadap gadis baik-baik sepertinya?

Tapi, tidak ada dan mungkin tak akan pernah ada  larangan untuk kita memilih siapa orang yang ingin kita sukai kan?

Nova menggeleng-gelengkan kepalanya. Gadis baik seperti Valea mana mungkin memilih opsi kedua. Mungkin.

Nova berdehem lalu berujar, "Jadi gimana?"

"Gue.." Valea menggigit bibir dalamnya. Demi apapun, ia sangat gugup saat ini.

Nova tersenyum tipis seraya berkata, "Gapapa. Gue tau kok cewek kayak lo mana mungkin mau sama cowok berandalan kayak gue. Ya kan?"

Valea cepat-cepat menggelengkan kepalanya. Ia tidak ada maksud seperti itu.

"Terus?" tanya Nova lagi.

"Sorry, Nov. Gue.." Belum sempat Valea melanjutkan kalimatnya, Nova sudah menyelanya terlebih dahulu.

"Lo gak bisa?" Nova sudah dapat menebaknya.

"Bukan gitu. Duh, gimana ya ngomongnya" Valea berujar sambil menghindari tatapan manik mata hitam legam milik Nova. Tatapan matanya sangatlah tajam, bagaikan pisau yang baru selesai diasah.

Nova tersenyum geli melihat tingkah Valea. Menggemaskan sekali pikirnya.

"Lo ngapain senyum-senyum?!" ujar Valea galak ketika memergoki Nova yang sedang senyum-senyum sendiri.

"Enggak, lucu aja" jawab Nova santai. Dia tidak merasa takut sama sekali dengan sikap galak perempuan dihadapannya itu.

"So, gimana jawabannya?" Nova kembali ke topik awal. Pemuda itu sudah siap menerima apapun jawaban Valea.

Valea menggerutu dalam hati ketika melihat Nova yang mengangkat kaki kanan lalu diletakkan di paha sebelah kirinya. Terlihat santai sekali. Berbanding terbalik dengan dirinya.

Nih cowok kenapa sih?! Orang gue lagi bingung gini, eh dia malah kalem-kalem aja.

"Gue belum bisa jawab sekarang. Kasih waktu buat gue mikirin hal ini. Gapapa kan?"

NovaLeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang