[35] Diundang camer

56 5 8
                                    

Maaf banget kalo up nya lama:(

I hope you like it.

Jangan lupa tinggalkan jejak^^

Happy reading 🍒

-NovaLea-

Valea menuangkan detergen pada ember yang sudah terisi air. Setelahnya, ia memasukkan seragam sekolahnya ke dalam air rendaman tersebut.

Setelah itu, ia pun mengambil ransel sekolah beserta sepasang sepatu untuk ia rendam di air cucian yang berbeda.

Sudah menjadi rutinitasnya setiap hari Sabtu sore, jadi hari Minggu-nya ia bisa santai dan tidur sampai siang hari.

"Titip dong!"

Valea menolehkan wajahnya ke asal suara. Sehan sedang membawa dua pasang sepatu dan satu buah ransel.

"Kenapa harus titip?" tanya Valea sambil mengangkat sebelah alisnya.

Sehan mengernyitkan dahi, setelahnya ia pun menjawab, "kenapa harus sendiri kalo bisa titip?"

"Punya gue aja udah banyak banget Kak, gak usah aneh-aneh deh," ujar Valea kesal.

Sesudah itu, ia pun duduk di kursi kayu berukuran kecil. Valea berbalik badan dan memulai kegiatan mencucinya. Dimulai dari seragam putihnya.

"Seragam kan bisa pake mesin cuci, jadi gue bisa titip," ucap Sehan sambil berjongkok di samping Valea.

"Gak akan bersih," sahutnya tanpa menoleh.

Valea itu tipikal orang yang gak mau cuci baju seragam pake mesin cuci. Alasannya karena baju seragam itu lebih banyak nodanya daripada pakaian sehari-hari. Jadi harus di sikat supaya lebih bersih.

Sehan berdecak.

Tidak ada yang berbicara lagi, hanya ada suara air yang mengalir dari keran.

Sehan tersenyum lebar ketika ada ide terlintas di otaknya. Laki-laki itu menyimpan dua pasang sepatunya di air cucian sepatu. Setelahnya, ia pun menyimpan ranselnya di air cucian yang satunya lagi.

Valea tidak menyadarinya karena posisi gadis itu membelakangi dua ember air cucian tersebut.

Sehan berdiri dari jongkoknya kemudian berjalan keluar kamar mandi dengan mengendap-endap supaya tidak ketahuan.

"Akhirnya bersih juga," gumam Valea sambil tersenyum puas melihat baju seragamnya yang sudah bersih.

"Tinggal sepatu sama tas berarti," lanjutnya kemudian membalikkan badannya.

"Loh? Kok numpuk gini?!" pekiknya sambil meraih pinggiran ember tersebut dengan kasar.

"KAK! KENAPA GAK DICUCI SENDIRI?!" teriak gadis itu sambil mengangkat salah satu sepatu milik kakaknya.

Di dalam kamar, Sehan hanya tertawa kecil mendengar pekikan adiknya.

"MAU KE LUAR BENTAR, GAK ADA WAKTU BUAT CUCI SEPATU SAMA TAS," sahutnya sambil menyisir rambutnya menggunakan jari tangan.

"KAN BESOK PAGI JUGA BISA!" Valea berteriak kesal sambil menyikat sepatu futsal tersebut dengan kasar.

"Udah, gak usah banyak protes. Dapet pahala juga," ujar Sehan yang tiba-tiba sudah ada di depan pintu kamar mandi.

NovaLeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang