[37] Bahagiaku itu kamu

67 7 7
                                    

"Karena bahagiaku itu kamu, bukan dia ataupun mereka." - Nova Pradipta Bagaskara.

-NovaLea-

Senin. Hari paling menyebalkan bagi kebanyakan pelajar. Harus berangkat awal, upacara bendera, apalagi kalau ada jadwal pelajaran matematika. Paket komplit.

Valea melirik jendela kamarnya yang berembun. Langit pagi ini terlihat lebih mendung dari biasanya, mungkin karena hujan yang baru berhenti pukul empat subuh tadi.

Gadis itu membuka resleting tasnya, mengecek kembali buku pelajaran yang akan ia bawa.

"Udah semua," gumamnya kemudian menutup kembali resletingnya.

"See you, kamar," ujarnya dramatis sambil menutup pintu coklat tersebut.

Valea kira, hujan akan terus turun sampai siang hari dan sekolah akan diliburkan, tapi nyatanya tidak.

"Sarapan dulu, Val. Nih, udah bunda siapin," ujar Anita begitu Valea memijakkan kakinya di undakan tangga terakhir.

Ibu tiga anak itu memberikan piring berisi tiga potong roti tawar lengkap dengan selai cokelatnya. Tak lupa juga dengan segelas susu cokelat yang tak pernah dilupakan Valea setiap pagi.

"Makasih," balas Valea sambil mengambil alih piring putih dan gelas kaca tersebut.

"Sehan enggak, Bun?" tanya Sehan yang sejak tadi diam, belum mengambil satupun roti tawar yang sudah tersedia.

"Itu udah ada, tinggal pake selainya aja," sahut Anita tanpa menoleh.

Sehan berdecak kesal. Pasti bundanya marah gara-gara kemarin. Gara-gara bolu nih!

"Kenapa marahnya ke gue aja? Ke Lea enggak tuh," gumamnya sambil mengambil dua potong roti kemudian mengoleskan selai cokelatnya.

Valea yang mendengar gumaman Sehan hanya mengangkat bahunya acuh.

"Lea, mau berangkat sama siapa?" tanya Kenan tanpa mengalihkan pandangannya dari roti.

Valea mendongak kemudian menyahut, "sama Nova,"

Kenan hanya mengangguk singkat.

Sehan yang hendak mengejek Valea langsung mengatupkan mulutnya kembali ketika mengingat bahwa Anita sedang marah padanya.

Tobat dulu jadi anak baik.

Valea menghentikan kunyahan di mulutnya ketika mendengar suara motor yang sudah familiar di telinganya.

Kedua matanya beralih menatap jam dinding yang masih menunjukkan pukul 06.00.

"Biar bunda aja. Kamu habisin dulu sarapannya," Anita meneguk teh manis di hadapannya kemudian beranjak dari tempat duduknya.

🍁🍁🍁

Anita tersenyum kecil ketika melihat Nova yang hendak turun dari sepeda motornya.

"Assalamualaikum, Tan," Nova mengucap salam seraya menyalami punggung tangan Anita.

"Waalaikumsalam, Nova," jawab Anita sembari tersenyum kecil.

"Masuk dulu, Nova. Valea-nya masih sarapan," ujar Anita mempersilahkan.

NovaLeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang