[25] Ravella Vs Vatar

57 6 4
                                    

Manusia bukan Tuhan yang berhak menilai orang lain. Cukup malaikat Rokib Atid aja yang catat baik buruknya kelakuan setiap orang, manusia gak usah ikut-ikutan.

-Septa Arsen Senjaya.

-NovaLea-

Nova merogoh sakunya untuk mengambil ponsel. Tak lama setelahnya, ponselnya berdenting menandakan ada pesan masuk.

Unknown.

Kayanya cewek manis waktu itu asik juga dijadiin umpan. Gimana?

-Sergio

"Shit!" Nova mengumpat sambil menggenggam ponselnya dengan kuat.

Samuel yang sedang duduk disebelahnya pun menoleh kemudian bertanya, "kenapa, Nov?"

Nova melirik Samuel sekilas kemudian menjawab, "Sergio," sebutnya dengan rahang mengeras.

"Kenapa lagi dia?" tanya Samuel penasaran.

"Dia bilang, mau jadiin Valea umpan," ujar Nova.

"Punya dendam pribadi apa sih lo sama gue? Sini lo kalo berani!" Suara Rio yang menggelegar diikuti oleh tawa dari Marcel membuat Nova melirik mereka berdua sekilas.

"Nov, bantuin gue," ujar Marcel kemudian merangsek ke belakang tubuh Nova untuk bersembunyi.

"Curang lo!" ujar Rio kemudian mendudukkan dirinya di meja Nova dan Samuel.

Tatapan penuh marah Nova membuat Rio dan Marcel saling pandang dengan tatapan penuh tanya.

"Sergio mau jadiin Valea umpan," ujar Nova tanpa ditanya terlebih dahulu.

Keadaan kelas yang asalnya rusuh seperti pasar pun menjadi hening seketika. Murid perempuannya yang asalnya sibuk bergosip dan ber-selfie ria pun langsung menolehkan wajahnya ke arah Nova.

"Nov! Ada hot news, Nov!" Fahri berseru sambil berlari kecil ke arah tempat duduk Nova. Setelahnya ia pun mengerutkan kening ketika menyadari keadaan kelas yang hening.

"Lah? Pada kenapa?" tanya Fahri sambil menyapukan pandangannya ke seluruh siswa-siswi IPS 2.

"Jangan disini," ujar Septa. Nova yang mengerti pun langsung beranjak dari duduknya kemudiannya melangkahkan kakinya keluar kelas diikuti oleh keenamnya.

Nova melirik kanan-kiri nya. Walaupun kelas mereka sedang free class, tapi tetap saja guru piket akan memberikan tugas dan tidak memperbolehkan mereka keluar kelas.

"Ayo!" ujar Nova kemudiannya melangkahkan kakinya ke arah tangga paling ujung, tangga menuju rooftop.

Baru saja mereka menaiki undakan tangga kedua, wajah Pak Bambang yang sedang berjalan di koridor sudah terlihat.

Ketujuh pemuda itu langsung menunduk dan menyembunyikan diri di tembok pegangan tangga.

"Ah elah lama bener jalannya," gerutu Nova ketika Pak Bambang menghentikan langkahnya kemudian melirik sekitar, seolah mencari murid yang sedang membolos.

NovaLeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang