"Lepas!"
"Lo mau gabung? Gabung aja!" Cowok yang menggerayangi Sana di belakang tubuhnya, sudah terlalu mabuk untuk tidak menyadari kemarahan di wajah Gara. Ia dengan santai melanjutkan aksinya yang lebih berani pada tubuh Sana.
Gara menjauhkan tangan cowok itu kasar. Hampir mematahkannya. Erangan tidak terhindarkan. Cowok lain yang lehernya dijadikan sandaran lengan Sana, bersikap defensif.
Dia nyalang, tak terima kenikmatannya tergadai oleh gangguan Gara.
"Bro, mau lu apa?! Jangan ganggu kesenangan gue napa, lu mau gue habisin?!"
Ocehan cowok setengah meracau, setengah sempoyongan itu tidak digubris Gara. Ia memilih menarik lengan Sana untuk menjauhi dance floor.
Tidak semudah itu mereka melepas Gara pergi ketika satu dari keduanya tak terima mangsa mereka direbut. Langsung melayangkan bogem ke arah wajah. Antisipasi Gara tepat waktu. Kepala Gara miring ke kanan sehingga hanya udara yang penyerang itu sentuh.
Keseimbangannya pun goyah akibat mabuk. Fatalnya, ia tersungkur langsung ke lantai.
Satunya lagi makin mengamuk melihat temannya tumbang. Sama halnya serangan pertama, ia juga melayangkan tinju.
Lagi-lagi mudah terbaca, Gara kali ini menangkis dan ia tak memberi ampun dengan meninju wajah itu. Mabuk membuatnya K.O sekaligus, lantas mengikuti nasib temannya.
"Jangan sentuh pacarku atau ...." Gara menendang dua cowok itu. Meloloskan erangan kesakitan. "Aku buat wajah kalian hancur!"
Peringatan itu pun bukan untuk berdua saja, tapi untuk orang-orang yang kini menjadikan insiden tersebut tontonan. Gara menunjuk-nunjuk sembarang sekeliling.
"Kalian juga! Kalau aku tahu kalian mengganggu pacarku, nasib kalian akan sama seperti dua brengsek ini!"
Tentu kerumuman itu membuka jalan selebar-lebarnya untuk Gara dan Sana. Bodoh, ikut campur urusan yang bukan ranah mereka. Lagipula mereka pun tak ingin bernasib sama sialnya dengan dua teman mereka.
"Lepas!" Di pertengahan jalan, Sana memberontak. Ia marah luar biasa kesenangannya diusik.
"Kita sudah gak ada hubungan apa-apa, jadi kamu gak berhak giniian aku, Gara!"
Gara melepas cekalannya pada pergelangan Sana karena gadis itu yang menghempas kuat. Bebas dari Gara, seorang pelayan yang membawa bergelas-gelas besar bir di nampan, salah satunya Sana ambil.
Ia berteriak. Menunjuk-nunjuk dengan marah ke arah Gara. "Mau aku joget sama laki-laki lain atau mabuk, itu bukan urusan kamu!"
Mulutnya sudah menyentuh bibir gelas tersebut. Sebelum menenggak setetes pun, Gara sudah merebut dan membantingnya. Bunyinya menyentak bahu Sana dan mengundang pekik sekitar.
"CUKUP SANA! JANGAN BUAT AKU MAKIN MARAH!"
Syok bukan kepalang. Bir menggenang di alas heels-nya. Pecahan beling menggoreskan luka kecil, melintang di punggung kakinya.
Membuat Sana menangis. Bukan karena lukanya, tapi kemarahan yang mematri di wajah Gara dan di gelegar suaranya.
Gemetar hebat, selain itu tidak tahu lagi Sana harus bagaimana. Ia terlalu takut. Lebih-lebih mabuk yang membikin emosinya terombang-ambing lalu anjlok.
Sebelum Sana jatuh melemas, Gara sudah lebih dulu memeluknya.
"Aku tidak mungkin membiarkanmu seperti ini setelah kamu membuatku mengkhawatirkanmu." Gara menurunkan marahnya dan ia membisik lembut di telinga Sana.