𝘁𝘄𝗲𝗻𝘁𝘆 𝘁𝘄𝗼 | 𝗺𝗲𝗻𝗴𝘂𝗹𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗲𝗺𝗯𝗮𝗹𝗶

1.4K 241 171
                                    

Harry berlari mengejar Sirius yang jatuh terhuyung. [Name] mengikutinya, tentu saja.

Mereka sampai ke dalam hutan. Sirius terbaring lemah di tepian Danau Hitam. Banyak sekali darah dan cakaran di tubuhnya. Harry berlari menghampirinya. "Sirius!"

"Tidak! Sirius!" Harry terus mengguncangkan tubuh ayah baptisnya.

Bola mata [Name] bergerak melihat air di Danau Hitam itu membeku. [Name] meraih lengan Harry untuk menyadarkan pria itu.

Tubuh Sirius tiba-tiba kejang. Matanya terbuka lebar seperti orang ketakutan, ia melihat ke atas sebentar, lalu matanya kembali tertutup. [Name] dan Harry mendongakkan kepala mereka. Itu Dementor. Sangat banyak, dan jauh lebih menyeramkan.

Dementor Dementor itu terbang memutar mengelilingi mereka. Salah satu Dementor menyerang Sirius, menghisap kebahagiaan nya.

Harry meraih tongkat di sakunya. "Expecto Patronum!" Cahaya putih keluar dari tongkat Harry, namun itu hanya sekejap dan menghilang.

Begitu juga dengan gelang [Name]. Ia bercahaya. Tak lama [Name] merasa tubuhnya mulai lelah. Cahaya dari gelang itu menghilang. [Name] terbaring di samping Harry, membiarkan dementor menghisapnya. "AAARGH!!" [Name] mengerang kesakitan.

"[Name]!"

"[Name]!"

Dementor lain menghampiri Harry, ikut menghisapnya. Harry juga sama, mengerang kesakitan saat mereka melakukannya. Dementor itu terus melakukannya pada mereka bertiga. Memang benar kata Dumbledore. Mereka tidak akan membedakkan siapapun.

Di detik-detik terakhir Harry sadar, ia melihat sesuatu yang bercahaya di seberang danau. Cahaya berbentuk rusa jantan. Itu patronus. Patronus itu mengusir para Dementor pergi. Setelah cahaya putih itu menghilang, kegelapan menghampiri Harry. Ia pingsan.

***

"Harry?"

"Aku melihat ayahku." Harry tersenyum mengabaikan sorot cemas Hermione.

"Apa?" Hermione terlonjak.

Harry menoleh. "Aku melihatnya di seberang danau. Dia membuat para Dementor itu pergi," katanya dengan nada bangga.

"Dengar, Harry, mereka telah menangkap Sirius," kata Hermione tegas, sekaligus panik. "Sebentar lagi, para Dementor itu akan melakukan kecupan."

"Maksudmu mereka akan membunuhnya?!" Harry bangkit dengan terkejut serta panik.

"Tidak. Ini lebih buruk. Jauh lebih buruk." Hermione menghela nafasnya. "Mereka akan menghisap jiwanya!"

Belum sempat Harry membalas, atau Hermione melanjutkan perkataannya, pintu Hospital Wings dibuka dengan kasar, membuat kedua remaja itu menoleh.

Dumbledore melangkah masuk menghampiri mereka berdua. "Kepala Sekolah, kau harus menghentikan mereka! Mereka menangkap orang yang salah!" Hermione memekik begitu Dumbledore datang.

"Itu benar, Pak. Sirius tak bersalah!" tukas Harry.

"Scabbers yang melakukannya!" kata Ron masih tidak percaya. Ia terbaring dengan kakinya yang menggantung diliput oleh perban.

"Scabbers?" Dumbledore memiringkan kepalanya kaget.

"Dia tikusku, Pak," kata Ron. "Dia bukan benar-benar tikus. Tadinya dia tikus. Ia adalah tikus kakakku, Percy. Namun, kemudian mereka memberinya burung hantu-"

"Intinya adalah kami tahu yang sebenarnya," potong Hermione kembali menghadap Dumbledore. "Kumohon percayalah pada kami," kata Hermione. Matanya menyorotkan kilat penuh harap saat ia mengatakannya. Ia tidak bercanda. Mereka benar-benar butuh kepercayaan orang saat ini.

── 𝐀𝐌𝐄𝐑𝐓𝐀 ; 𝗵. 𝗽𝗼𝘁𝘁𝗲𝗿Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang