𝘁𝗵𝗶𝗿𝘁𝘆 𝘀𝗶𝘅 | 𝗺𝗼𝗼𝗱𝘆'𝘀 𝗰𝗹𝗮𝘀𝘀

926 138 25
                                    

Hari ini mereka menghadiri kelas pertama dengan Alastor Moody, sang Auror. Penampilannya bisa dibilang cukup menyeramkan, apalagi mata gilanya. Ia terlihat sering kali meminum sesuatu. Tidak ada yang tahu apa yang ia minum hampir setiap saat itu.

"Alastor Moody," katanya, memperkenalkan diri dengan singkat. "Guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam kalian yang baru."

"Terkait ilmu hitam," Moody lanjut berbicara. Suasana menjadi sangat tegang sekarang. Hening, tidak ada suara sedikitpun selain ia berbicara. "Aku meyakini pendekatan praktis."

"Namun, pertama-tama, siapa yang bisa memberitahuku ada berapa kutukan yang tak termaafkan?"

Dada [Name] secara spontan menjadi naik turun. Nafasnya kacau. Mereka seharusnya mempelajari pertahanan terhadap ilmu hitam, bukan malah menggunakannya.

Bayang-bayang Hera menghantui pikirannya sekarang. Seringainya yang mengerikan. Sakitnya kutukan cruciatus yang menyengat habis tubuhnya.

"Tiga, Pak," jawab Hermione.

"Dan kenapa dinamakan begitu?"

"Karena kutukan itu tidak bisa dimaafkan," Hermione menjawab dengan sedikit bergetar. "Penggunaan salah satu dari ketiga kutukan itu akan-"

"Akan memberimu tiket ke Azkaban tanpa bisa kembali. Tepat," potong Moody.

Moody berbalik menghadap para muridnya. Wajahnya yang datar dan menyeramkan membuat tidak ada seorang pun yang berani berbicara. Mirip sekali dengan kelas Snape.

"Menurut kementrian, kalian terlalu muda untuk melihat dampak dari kutukan tersebut," katanya. "Pendapatku berbeda!" pekiknya membuat nyaris satu ruangan terkejut. "Kalian harus tahu apa yang akan kalian hadapi! Kalian harus siap!"

"Kau harus mencari tempat lain untuk menaruh permen karetmu selain bagian bawah meja kerjamu, Mr Finnigan!" interup Moody membuat seluruh kelas menoleh pada Seamus.

Seamus mengeluh malas. "Tidak mungkin," katanya. "Orang tua aneh itu bisa melihat menembus bagian belakang kepalanya."

Moody melemparkan kapur yang sedang ia pakai ke arah Seamus. Mereka semua merunduk agar terhindar dari benda putih itu. "Juga mendengar seluruuh suara di kelas ini!" katanya berteriak. Sepertinya ia merasa terhina.

"Jadi, kutukan mana yang akan kita lihat pertama?" tanyanya menggertak. "Weasley!"

"Ya?" jawab Ron terkejut.

"Berdiri." titah Moody. "Berikan satu kutukan!"

Ron bangkit dari kursinya. Menatap ragu wajah Moody. "Ayahku memberitahuku satu kutukan. Kutukan Imperiu," katanya.

"Ya. Ayahmu pasti mengenal dengan baik kutukan itu. Membuat kementrian sedikit berduka beberapa tahun lalu. Mungkin ini akan menunjukkan alasannya," katanya lalu berjalan ke arah mejanya.

[Name] menoleh ke sekeliling. Matanya menangkap wajah cemas Hermione, seperti ingin menangis. Gadis itu kembali menghadap ke depan, memperhatikan Moody yang mengambil seekor laba-laba kecil dari toples yang ada di atas mejanya.

"Halo, makhluk kecil yang cantik," bisiknya. "Engorgio," ucap Moody membuat laba-laba itu membesar. "Imperio!"

Moody mengayunkan tongkatnya, mengangkat laba-laba itu menuju para murid. "Jangan khawatir, dia sama sekali tidak berbahaya."

Laba-laba itu sampai di atas kepala Ron. Pria berambut merah itu mengerang ketakutan. Bibirnya bergetar melihat laba-laba yang melayang di atas kepalanya.

Hampir seisi kelas tertawa melihat wajah takut Ron. Tidak untuk [Name], Hermione ataupun Neville.

Tawa mereka semakin pecah ketika Moody mendaratkan laba-laba itu tepat di wajah Ron. "Apa yang kau tertawakan?" tanyanya melihat Malfoy dan teman-temannya puas tertawa.

── 𝐀𝐌𝐄𝐑𝐓𝐀 ; 𝗵. 𝗽𝗼𝘁𝘁𝗲𝗿Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang