"Kau sudah membawa semua barang-barang mu, [Name]? Buku, pena, cermin, jam sak-"
"Sudah, Mum. Aku bukan anak kecil lagi. Aku sudah menyiapkan semuanya," potong [Name].
Andora menepuk pundak [Name] dari belakang. "Kau pakai baju milik siapa ini? Aku tidak ingat kau punya baju abu-abu seperti ini."
[Name] yang sedang meneguk minumannya menjadi tersedak karena pertanyaan Andora. Baik [Name] maupun Harry, pipinya sudah sama-sama merah sekarang. "Um-i-ini milik Harry ...."
Ron dan Hermione sudah tidak bisa menahan tawa mereka. Menurut mereka sepasang kekasih ini benar benar ... ah sudahlah, tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata lagi.
Andora tersenyum geli melihat rona merah di pipi kedua remaja di hadapannya. "Ya sudah, lebih baik kalian sarapan terlebih dulu sekarang, lalu kita bisa berangkat."
Mereka mengangguk bersamaan, lalu menarik kursi masing-masing dan mulai makan. Sekitar dua puluh menit kemudian, mereka sudah menyelesaikan acara sarapan mereka.
"[Name], bisa kita bicara sebentar?" Andora mengarahkan kepalanya ke salah satu pintu. Itu adalah ruangan khusus bagi para anggota keluarga Griswald ketika ingin membicarakan hal-hal penting, khusus ataupun bersifat rahasia.
Gadis bersurai kelabu itu mengangguk begitu melihat kemana sorot mata Andora mengarah. [Name] tahu bahwa neneknya akan membicarakan hal penting.
Andora melangkah bersama Gricelda ke ruangan tadi diikuti [Name] dari belakang.
Lemari besar dengan buku-buku tebal yang berbaris rapi menyambut mereka ketika masuk. Buku-buku tebal itu tak banyak yang tahu apa isinya. Kemungkinan yang tahu hanyalah para tetua seperti Kayonga, Ivory, dan Andora. Mungkin Blandford dan Agressor juga, karena kegiatan mereka ketika bersama adalah melanggar peraturan yang telah disediakan. Karena menurut mereka, untuk apa ada peraturan kalau tidak dilanggar?
[Name] duduk di salah satu kursi yang ada di dekat jendela, membiarkan sinar mentari menembus perlahan dengan rasa hangat ke dalam kulitnya. "Ada apa?"
Gricelda dan Andora menghela napas bersamaan. Tidak tahu darimana mereka harus memulai.
"Kami ingin membicarakan tentang mimpimu semalam," Andora akhirnya membuka suara. "Kami tidak ingin kau lagi-lagi harus mencari tahu sendiri satu persatu rahasia keluarga Griswald."
"Well, go on."
Andora melangkah mendekati tempat [Name] bersandar, menepuk pelan kedua pundak gadis itu. "Kalau kau mau tahu, [Name]. Kemungkinan besar mimpimu bukanlah mimpi biasa. Mimpi seperti ini-yah, maksudku, rata-rata mimpi buruk, itu adalah bagian dari ramalan masa depan."
"W-what ...?" Perasaan cemas mulai muncul di kepala [Name].
Tubuhnya kembali bergetar dan terasa panas mengingat betapa mengerikannya kutukan cruciatus di mimpinya semalam. Jika di dalam mimpi saja semenyakitkan ini, bagaimana keadaannya ketika harus merasakannya di kehidupan nyata?
Pisau-pisau itu terasa kembali menyayat anggota tubuhnya. Mengakibatkan rasa panas yang menjalar ke seluruh aliran darah. Perlahan air mata [Name] turun membasahi pipi. Lelah sekali rasanya gadis Griswald yang satu ini menangisi hal yang sama tanpa henti dari semalam.
"[Name], tenang dulu-"
"AAAAAARGHHH!!!" [Name] menjerit keras ketika rasa panas itu semakin membakar tubuhnya hingga ke ujung kepala. "H-help ...."
Di balik pintu berlambang naga yang mereka tempati sekarang, ada tiga remaja yang masih menunggu diliputi rasa takut, cemas dan khawatir begitu mendegar teriakkan pilu [Name]. Terutama pria berkacamata ini, tangannya saling menyatu memohon keberuntungan berharap kekasihnya baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
── 𝐀𝐌𝐄𝐑𝐓𝐀 ; 𝗵. 𝗽𝗼𝘁𝘁𝗲𝗿
Fanfiction𖧵 ՙִՙ 𝗵𝗷𝗽 𝗳𝗮𝗻𝗳𝗶𝗰, 𝗼𝗻 𝗵𝗼𝗹𝗱. Mungkin menurut orang-orang, menjadi keluarga Griswald adalah sesuatu yang dapat dibanggakan. Yah, menjadi anggota dari salah satu keluarga terkenal di dunia sihir memang mengagumkan. Tapi itu tidak seband...