𝘁𝘄𝗲𝗹𝘃𝗲 | 𝗽𝗿𝗼𝗳𝗲𝘀𝗼𝗿 𝗾𝘂𝗶𝗿𝗲𝗹𝗹

893 175 20
                                    

Melainkan Quirrell.

"Anda!" Harry kaget. Quirrell tersenyum. Wajahnya sama sekali tidak berkedut.

"Ya, aku," katanya tenang. "Aku sudah bertanya-tanya apakah aku akan bertemu kau disini, Potter."

"Tetapi saya kira-Snape..."

"Severus?" Quirrell tertawa dan tawanya bukan tawa gemetar seperti biasanya, tetapi dingin dan melengking. "Ya, Severus memang kelihatannya tipe yang cocok, ya? Dirinya sangat berguna, menyambar nyambar seperti kelelawar liar. Dibanding dia, siapa yang akan mencurigai P-profesor Q-Quirrell y-yang g-gagap dan m-menimbulkan b-belas kasihan?"

Harry tidak mengerti. Ini tak mungkin benar, tak mungkin.

"Tetapi Snape mencoba membunuh saya."

"Bukan, bukan, bukan. Aku yang mencoba membunuhmu. Temanmu, Miss Granger, tanpa sengaja menabrakku sampai jatuh ketika dia buru-buru mau membakar jubah Snape dalam pertandingan Quidditch itu. Dia memutuskan kontak mataku denganmu. Beberapa detik saja lagi aku pasti sudah berhasil menjatuhkanmu dari sapu. Aku pastilah sudah berhasil sebelumnya, seandainya Snape tidak menggumamkan mantra penangkal, berusaha menyelamatkanmu."

"Snape berusaha menyelamatkan saya?"

"Tentu saja," kata Quirrell dingin. "Menurutmu kenapa dia ingin menjadi wasit dalam pertandinganmu berikutnya? Dia berusaha memastikan aku tidak melakukannya lagi. Lucu juga...dia tak perlu khawatir. Aku tak bisa berbuat apa-apa karena Dumbledore nonton. Semua guru lain mengira Snape berusaha menghalangi Gryffindor menang, dia memang membuat dirinya tidak disukai... dan benar-benar membuang waktu sia-sia, toh setelah semua usaha itu, aku akan membunuhmu malam ini."

"Satu-satunya yang akan mati malam ini adalah kau, Quirell."

"[Name]? Apa yang kau lakukan disini?" [Name] tidak menjawab pertanyaan Harry, ia juga tak tahu pasti apa alasannya kesini. Firasatnya buruk, dan biasanya feeling-nya tak pernah salah.

Daritadi juga dia tidak ikut dengan Ron dan Hermione. Alasannya sama, firasatnya tak enak, apalagi begitu mendengar tawa melengking dari dalam.

"Ah-Miss Griswald, rambutmu masih cokelat, ya? Oh ya, tentu saja, kau belum tiga belas tahun, akan ada saatnya itu berubah menjadi kelabu," kata Quirell.

[Name] terdiam. Tidak mengerti apa yang Quirell bicarakan.

Quirrell menjentikkan jari-jarinya. Tiba-tiba seutas tali membelit [Name] dan Harry erat-erat.

"Kau terlalu ingin tahu dan terlalu suka ikut campur kalau dibiarkan hidup, Potter. Berkeliaran di malam Hallowe'en seperti itu, tahu-tahu kau sudah melihatku datang untuk melihat apa yang menjaga batu itu."

"Anda yang memasukkan troll itu?"

"Tentu. Aku punya bakat khusus menangani troll- kau pasti sudah melihat apa yang kulakukan terhadap troll di kamar depan itu? Sayangnya, sementara orang-orang lain berlarian mencari troll, Snape, yang sudah mencurigaiku, langsung naik ke lantai tiga untuk menghadangku-dan bukan saja troll-ku gagal memukuli kalian sampai mati, si anjing kepala tiga bahkan tidak berhasil menggigit kaki Snape sampai putus. Sekarang, tunggu dengan tenang, Potter. Aku perlu memeriksa cermin menarik ini."

Baru saat itulah Harry menyadari apa yang berdiri di belakang Quirrell. Cermin Tarsah.

"Apa itu?" bisik [Name].

"Itu cermin Tarsah-cermin yang kuceritakan waktu itu."

"Cermin inilah kunci untuk menemukan Batu Bertuah," Quirrell bergumam, seraya mengelilingi bingkainya.

"Dumbledore memang cerdik memakai cermin ini.. tapi dia di London... aku sudah jauh dari sini saat dia pulang nanti...."

Yang bisa dipikirkan Harry hanyalah bagaimana membuat Quirrell terus bicara dan mencegahnya berkonsentrasi pada cermin.

── 𝐀𝐌𝐄𝐑𝐓𝐀 ; 𝗵. 𝗽𝗼𝘁𝘁𝗲𝗿Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang