𝘁𝗲𝗻 | 𝗺𝗲𝗻𝗲𝗺𝗯𝘂𝘀 𝗽𝗶𝗻𝘁𝘂 𝗷𝗲𝗯𝗮𝗸𝗮𝗻

995 163 8
                                    

Ron tertidur di ruang rekreasi yang gelap, menunggu mereka pulang.

Dia mengigau, meneriakkan sesuatu tentang pelanggaran dalam pertandingan Quidditch ketika Harry mengguncangnya keras-keras, membangunkannya. Dalam beberapa detik saja matanya sudah terbuka lebar ketika Harry mulai bercerita kepadanya dan Hermione, tentang apa yang terjadi di Hutan.

Harry tak bisa duduk. Dia mondar-mandir di depan perapian. Dia masih gemetar.

"Harry, tenanglah," kata [Name].

"Aku tidak bisa tenang, [Name]."

"Snape menginginkan Batu Bertuah itu untuk Voldemort...dan Voldemort menunggu di Hutan... dan selama ini kita mengira Snape hanya sekadar ingin kaya..."

"Jangan ucapkan lagi nama itu!" bisik Ron ketakutan, seakan dia mengira Voldemort bisa mendengar mereka.

Harry tidak mendengarkan. "Firenze menyelamatkan aku, tetapi seharusnya tidak boleh...Bane marah sekali... katanya mereka tidak boleh ikut campur dengan apa yang telah diramalkan planet-planet... Planet-planet itu pastilah menunjukkan bahwa Voldemort akan kembali...Bane berpendapat Firenze seharusnya membiarkan Voldemort membunuhku... Kurasa itu juga sudah tertulis pada bintangbintang."

Oh astaga, para Centaur yang mereka temui saat menjalani detensi membuat Harry berpikiran macam-macam sekarang.

"Jangan sebut-sebut lagi nama itu!" desis Ron.

"Jadi sekarang aku tinggal menunggu Snape mencuri batu itu," kata Harry tegang. "Setelah itu Voldemort bisa datang dan menghabisiku..."

"Yah, kurasa Bane akan senang." Hermione kelihatan sangat ketakutan, tetapi dia menghibur Harry.

"Harry, semua orang bilang Dumbledore-lah satu-satunya orang yang ditakuti Kau-Tahu-Siapa. Kalau ada Dumbledore, Kau-Tahu-Siapa tidak akan menyentuhmu. Lagi pula, siapa bilang centaurus benar? Bagiku kedengarannya seperti ramalan, dan Profesor McGonagall bilang itu cabang ilmu gaib yang paling tidak tepat."

"Hermione benar, Harry. Sekarang duduklah. Aku lelah melihatmu mondar-mandir seperti itu."

Langit sudah berubah terang sebelum mereka berhenti bicara. Mereka berangkat tidur dalam kelelahan, kerongkongan mereka sakit. Tetapi kejutan-kejutan malam itu belum berakhir.

Ketika Harry menarik penutup tempat tidurnya, dia menemukan Jubah Gaib-nya di bawahnya. Ada kertas yang disematkan pada jubah itu, dengan pesan berikut: Siapa tahu perlu.

***

Di tahun-tahun mendatang, Harry tidak bisa ingat bagaimana persisnya dia bisa mengerjakan soal-soal ujiannnya ketika dia setengah percaya Voldemort bisa menerobos masuk setiap saat.

Tetapi hari-hari berlalu dan tak ada keraguan Fluffy masih hidup dan sehat di balik pintu tertutup.

Udara panas sekali, terutama di ruang kelas besar tempat mereka mengerjakan ujian tertulis. Kepada mereka dibagikan pena bulu baru khusus untuk ujian, pena yang telah disihir dengan mantra anti menyontek.

Mereka juga ujian praktek. Profesor Flitwick memanggil mereka satu per satu ke dalam kelas untuk menguji apakah mereka bisa membuat nenas menari di atas meja.

Profesor McGonagall mengawasi mereka mengubah tikus menjadi kotak tembakau-angka diberikan sesuai dengan seberapa indahnya kotak tembakau itu, tetapi dikurangi jika kotak itu punya kumis.

Snape membuat mereka gugup, terus menempel sementara mereka mencoba mengingat bagaimana membuat Ramuan Lupa.

Harry mengerjakan tugas-tugasnya sebaik mungkin, berusaha mengabaikan rasa sakit yang menusuk-nusuk dahinya, yang terus mengganggunya sejak perjalanannya ke Hutan.

── 𝐀𝐌𝐄𝐑𝐓𝐀 ; 𝗵. 𝗽𝗼𝘁𝘁𝗲𝗿Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang