Setelah membuat semua orang panik karena selama satu jam tidak sadarkan diri, itu tidak membuat Zielle merasa bersalah sedikit pun sekarang. Gadis itu dengan riang berjalan kemana-mana menggunakan kecepatannya.
"[Name]!" pekik seseorang dari belakang.
"Fuck off, Zie!" [Name] menghela napasnya terkejut. Ini dia kesialan yang lain. Bukan hanya kecepatan, namun Zielle juga mendapat kekuatan untuk menghilang, atau, ya, tidak terlihat.
"Zielle, i swear to God—you've grown! Stop acting like a child!" sentak Gricelda. "Language, [Name]!"
"Sorry, Mum."
Gadis itu hanya menyengir sebagai jawaban. "Aku sudah menunggu ini bertahun-tahun. Aku kira itu hanya mitos, tapi lihat! Sekarang aku benar-benar memiliki kekuatanku sendiri."
Andora menggelengkan kepalanya dan tertawa kecil. "Biarkan dia bersenang-senang, Grice," katanya. Ia menoleh pada Zielle yang masih memutari Great Hall tanpa henti. "Zielle, kau belum bisa mengontrol kekuatanmu dengan sempurna, berhati-hatilah ketika menggunakannya atau kau akan mudah lelah."
Zielle tertawa lagi, gadis itu berhenti. "Baik, Ma."
"Perlu kalian tahu, pembagian kekuatan didasarkan dari umur. Dari yang tertua hingga yang termuda."
Ke-enam remaja itu mengangguk paham.
***
"Morning, sleepyhead," sapa [Name] begitu memasuki kamar Harry dan melihat pria itu yang baru saja membuka matanya.
"Morning, princess."
Mata Harry menyipit karena masih setengah sadar dan belum memakai kacamatanya. [Name] memberikan kacamata Harry yang ada di atas nakas padanya. "Dari mana saja kau?" tanya Harry.
[Name] menggedikkan bahunya. "Zielle mendapatkan kekuatannya pukul empat pagi tadi, ya, kau tahu."
Harry mengangguk paham. Pria itu meregangkan tangannya. Tubuhnya terasa benar-benar lelah dan ingin patah. "Mengapa badanku sakit sekali?" tanyanya pada diri sendiri.
"Mungkin kau lelah karena pertanyaan anak-anak semalam," kata [Name]. "Cepat mandi, lalu bersiap."
"Temani."
"Gila."
Dua puluh menit selesai, Harry berpakaian dan menuruni tangga spiral ke ruang rekreasi. Begitu dia muncul, anak-anak yang sudahi selesai sarapan menyambutnya dengan tepuk riuh lagi.
Harry jadi enggan ke Aula Besar, takut anak-anak Gryffindor lain yang sudah ada di sana semua memperlakukannya seperti semacam pahlawan.
Tetapi tak ada pilihan lain. Kalau tidak ke Aula Besar, di sini dia disudutkan oleh kakak-beradik Creevey Yang memberi isyarat dengan heboh agar Harry bergabung dengan mereka.
Dengan mantap Harry berjalan ke lubang lukisan, mendorongnya terbuka, dan langsung berhadapan dengan [Name] dan Hermione.
"Halo," sapa [Name], mengulurkan setumpuk roti panggang, yang dialasi tisu. "Kubawakan ini .... Mau jalan-jalan?"
"Ide bagus," kata Harry penuh terima kasih.
Mereka turun, menyeberangi Aula Depan cepat-cepat tanpa menoleh ke Aula Besar, dan segera saja sudah berjalan menyeberangi lapangan rumput menuju ke danau, tempat kapal Durmstrang berlabuh, memantulkan bayangan hitam di air.
Pagi itu dingin sekali, dan mereka terus berjalan, mengunyah roti, sementara Harry menceritakan kepada Hermione apa yang terjadi setelah dia meninggalkan meja Gryffindor semalam. Betapa leganya dia, Hermione menerima ceritanya tanpa pertanyaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
── 𝐀𝐌𝐄𝐑𝐓𝐀 ; 𝗵. 𝗽𝗼𝘁𝘁𝗲𝗿
Фанфикшн𖧵 ՙִՙ 𝗵𝗷𝗽 𝗳𝗮𝗻𝗳𝗶𝗰, 𝗼𝗻 𝗵𝗼𝗹𝗱. Mungkin menurut orang-orang, menjadi keluarga Griswald adalah sesuatu yang dapat dibanggakan. Yah, menjadi anggota dari salah satu keluarga terkenal di dunia sihir memang mengagumkan. Tapi itu tidak seband...
