𝘁𝗵𝗶𝗿𝘁𝘆 𝗲𝗶𝗴𝗵𝘁 | 𝘁𝗿𝗶𝘄𝗶𝘇𝗮𝗿𝗱 𝗰𝗵𝗮𝗺𝗽𝗶𝗼𝗻𝘀

952 133 17
                                    

Terlelap di pelukan kekasih adalah hal yang paling nyaman untuk dilakukan. Oleh karena itu [Name] tidak merubah posisinya selama tiga jam sudah ia terlelap di kamar Harry.

Tiba-tiba saja [Name] terbangun dari tidurnya. Membuat Harry yang sedang memeluknya itu terganggu dan ikut terbangun. "What's wrong ...?" tanya Harry dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Aku-entahlah .... Aku merasakan hal aneh tiba-tiba. Seperti akan datang sesuatu, suatu masalah," jawab [Name] dengan perasaan yang tidak yakin.

"Mungkin itu-"

"AAAAAARGHH."

"What the hell is that?!" pekik [Name] terkejut. Gadis itu menutup kedua telinganya yang berdengung secara tiba-tiba. "Ada apa dengan telingaku," tanyanya pada diri sendiri.

Suara teriakkan seorang perempuan terdengar begitu tiba-tiba. Seperti teriakkan orang yang sedang disiksa habis-habisan. Bersamaan dengan itu suara gemuruh petir mulai terdengar dari luar. Rintik hujan membasahi seluruh Hogwarts tanpa aba-aba.

Teriakkan tadi belum berhenti, tentu saja. Justru semakin lama terdengar, suara gadis itu semakin kencang. Rasanya mungkin saja jika murid-murid Slytherin di bawah sana bisa mendengarnya.

Perasaan [Name] semakin tidak tenang mendengarnya. Sekujur tubuhnya menjadi merinding begitu saja. Seisi ruangan menjadi sangat dingin akibat hujan deras di luar.

"Tadi itu sia-"

"[NAME]! HARRY! OPEN THIS FUCKING DOOR!"

"Kendra?" [Name] dengan cepat bangkit dari ranjang Harry dan membuka kunci pintu kamarnya. [Name] menautkan alisnya panik ketika melihat wajah Kendra yang bisa menandakan bahwa keadaan sedang tidak baik-baik saja. "Ada apa?"

"Neressa-gadis yang barusan kita dengar berteriak kesakitan adalah Neressa," katanya dengan tatapan kosong.

Mulut [Name] terbuka lebar begitu saja. Apa lagi ini. "What the fuck is wrong with this family ...," tanyanya entah pada siapa.

Mereka bertiga bergegeas keluar dari sana. Di luar bahkan ternyata sudah lebih ramai dari yang mereka kira. Semua anak berlarian menuju Courtyard, karena rasanya sangat tidak mungkin jika mereka harus berlari menuju menara astronomi.

Yang mereka lihat ketika sampai di luar sana adalah, tubuh Neressa yang melayang di udara, dengan petir-petir ungu yang mengelilinginya.

Tangan Neressa tercengkram erat memeluk dirinya sendiri, menahan rasa sakit yang terus menerus menerpa dirinya.

Petir-petir itu terasa menusuk dan menyengatnya tanpa henti, membiarkan tubuh gadis itu terbakar kepanasan.

Neressa terus menjerit, hingga tiba-tiba saja sebuah bayangan naga besar yang tampak begitu nyata datang. Naga itu terbang melayang sampai akhirnya masuk ke dalam tubuh Neressa.

"AAARGHHH," gadis itu kembali menjerit.

Setelah naga itu hilang, petir-petir yang tadi mengelilinginya pun ikut menghilang. Tubuh Neressa melemas, gadis itu jatuh perlahan ke daratan.

[Name] mengeluarkan tongkatnya. "Aresto momentum!"

Neressa pingsan, tentu saja. Bibirnya pucat seperti orang mati.

Tiga puluh menit sudah mereka berdiam menunggu Neressa sadar di St. Mungo, dan akhirnya jari jemari gadis itu bergerak juga.

Neressa menyipitkan matanya. "Apa yang terjadi padaku?" tanyanya sambil menatap aneh orang-orang yang ada di sana.

"Kau baru saja mendapat kekuatanmu," jawab seorang wanita.

"Grandma? Apa yang kau lakukan di sini? Tengah malam seperti ini?"

── 𝐀𝐌𝐄𝐑𝐓𝐀 ; 𝗵. 𝗽𝗼𝘁𝘁𝗲𝗿Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang