kalo ada typo dikomen ya gaiss , ak nulis di laptop jadi ga terlalu ngeh HAHAHA MAKASI MWAH
***
Pagi-pagi buta ini mereka isi dengan berjalan entah kemana. Kata Arthur, sebenarnya mereka sedikit terlambat. Tentu saja karena Ron memilih untuk tidur lagi tadi.
"Ron, sebenarnya kemana kita akan pergi?" tanya Harry, berjalan bersama Ron di barisan paling belakang.
Pria berambut merah itu mengangkat bahunya. "Tidak tahu. Dad, kemana kita akan pergi?" tanyanya sedikit menaikkan intonasi suara, karena Arthur berada agak jauh dari tempatnya.
Arthur dan yang lain menoleh bersamaan. "Sesungguhnya aku juga tidak tahu," jawab Arthur. "Ayo semuanya, jangan sampai ada yang tertinggal!"
"Arthur!" sapa seorang pria di depan sana. Mereka berdua bersalaman layaknya kawan. "Anak-anak, ini adalah Amos Diggory, rekan kerja ayah di kementrian," jelas Arthur.
Mereka semua menoleh bersamaan ketika seorang pemuda melompat turun dari atas pohon. Kelihatannya lebih tua satu atau dua tahun dari mereka [Name] dan teman-temannya.
Arthur tersenyum ramah. "Ini pasti Cedric Diggory, apa aku benar?"
Cedric membalas senyuman Arthur lalu menjulurkan tangannya untuk berjabat. "Yes, Sir."
"Lewat sini." Mereka melanjutkan perjalanan.
"Demi jenggot Merlin!" kejut Amos begitu melihat Harry berjalan mendekatinya. "Kau pasti Harry Potter?" tanyanya antusias.
Harry mengangguk, tersenyum canggung. "Yes, Sir."
"Senang bertemu denganmu," kata Amos, menjabat tangan Harry dengan semangat. Seperti orang-orang lain di luar sana ketika pertama kali bertemu Harry, anak yang bertahan hidup.
Harry membalas jabatan tangan Amos. Senyum canggung masih terlihat di wajahnya. "Senang bertemu dengan anda juga, Pak." Menjadi yang terpilih tak pernah terduga oleh Harry yang masa kecilnya ia habiskan begitu lamanya di bawah tangga yang kumuh dan gelap.
Belum lagi sepupu dan orangtuanya yang tidak sedikitpun senang memiliki keponakan seperti Harry. Selalu menganggap bahwa Harry adalah pembawa sial dan selalu membuat masalah di mana-mana.
Sangat mengejutkan bagi Harry ketika tahu orangtuanya adalah seorang pahlawan. Bukan mati karena kecelakaan mobil seperti yang dibilang oleh keluarga Dursley.
"Ya, ada disana!" Suara Arthur terdengar ketika mereka sudah melanjutkan perjalanan sedikit mendaki.
"Bisa kita mulai?"
"Ya."
"Kita tidak ingin terlambat."
"Ayo. Hampir sampai. Cari posisi yang bagus."
"Mengapa mereka berdiri mengitari sepatu bot tua itu?" tanya Harry.
Si kembar bergerak mendekati Harry. "Itu bukan sembarang sepatu bot, kawan," kata salah satu dari mereka. "Itu sebuah portkey," sambungnya ketika mendengar Arthur berteriak, "Ini waktunya pergi!"
Harry kembali mengernyitkan dahinya. "Apa itu portkey?" tanya Harry tapi tidak dijawab oleh siapapun karena mereka semua sibuk dengan sepatu bot yang berdiri ditanah itu.
"Semua letakkan tangan kalian!" titah Arthur. "Harry!" sentak Arthur ketika melihat Harry belum menyentuh sepatu bot itu. Tidak lucu, kan, kalau Harry tertinggal sendiri disana.
Mereka semua berputar-putar di udara selama mereka memegang sepatu itu. Sebagian dari mereka--tentunya para gadis--berteriak karena ketakutan.
"Lepaskan, anak-anak!" suruh Arthur.
KAMU SEDANG MEMBACA
── 𝐀𝐌𝐄𝐑𝐓𝐀 ; 𝗵. 𝗽𝗼𝘁𝘁𝗲𝗿
Fanfic𖧵 ՙִՙ 𝗵𝗷𝗽 𝗳𝗮𝗻𝗳𝗶𝗰, 𝗼𝗻 𝗵𝗼𝗹𝗱. Mungkin menurut orang-orang, menjadi keluarga Griswald adalah sesuatu yang dapat dibanggakan. Yah, menjadi anggota dari salah satu keluarga terkenal di dunia sihir memang mengagumkan. Tapi itu tidak seband...