29. BONEKA BERUANG

1.7K 194 18
                                    

29. BONEKA BERUANG

Jika seseorang cukup bodoh dalam meninggalkanmu, jadilah orang yang cerdas dengan membiarkan dia pergi.

-Glenmore-

Ghea benar-benar kembali dalam masa komanya, operasi juga telah di lakukan selama tiga kali. tetapi perubahan terhadap Ghea nihil. semua keluarga Ghea menangis menatap Ghea dari jendela kamarnya itu.

Selang demi selang terpasang dengan kokoh, alat elektrokardiogram itu pun berjalan dengan baik. tubuh Ghea semakin hari semakin tambah pucat, asupan nutrisinya begitu menurun.

Sedangkan Glen, ia hanya bisa terduduk di taman rumah sakit dengan rasa gelisah, jujur ia ingin sekali untuk bertemu dengan Ghea, namun orangtua Ghea melarangnya dengan keras.

Glen menatap salah satu bangunan rumah sakit itu yang bertepatan pada lantai tiga, itu adalah ruangan rawat Ghea. ruangan itu begitu sepi seperti tidak ada kehidupan. namun ada yang membuat Glen heran, sinar lampu di sana menyorot seseorang.

Glen sontak melotot ketika bayangan itu bertambah menjadi dua, ia mendekat kearah gedung itu dengan melihatnya lebih jelas.

Seorang wanita cantik dan perawat berada di sisi ranjang Ghea, wajah wanita itu tidak terlihat jelas, namun ada yang gak beres. Keluarga Ghea juga kaget ketika gorden dari dalam sana di tutup oleh perawat.

"Hai cantik," sapanya.

"Apakah kamu belum sadar juga wahai babuku? hem?" wanita itu mendekat kearah Ghea dengan memposisikan cutternya di kening Ghea.

Wanita itu mengukir sebuah huruf di kening Ghea. "Ini akan lebih baik sayang."

percikan-percikan darah itu menyiprat di baju Gaun wanita itu, "Kau telah merusak baju Gaunku!"

Ghea tak mengubsir, ia masih dalam pendiriannya, tertidur dalam masa komanya. semua rasa sakit itu tertutupi oleh mati rasa di seluruh tubuhnya.

"Ayolah sayang bangun.."

Wanita itu mengusap lembut rambut tipis Ghea, berlama usapan itu berubah menjadi jambakan. setiap helai rambut Ghea berjatuhan di lantai ruangan itu.

Kini cutter itu berpindah posisi menjadi di pipi Ghea, ia menyilangkan dan membuat tanda x di kedua pipi Ghea.

"Ini menyenangkan bukan?" wanita itu tersenyum licik.

Sayatan itu merajalela di area wajah Ghea, dari pipi kanan merambat sampai pipi kiri Ghea. kelopak matanya di buat semakin hitam dengan cara menekannya.

Wajahnya begitu tak di kenali semuanya tertutupan oleh darah yang bersimbahan di area wajahnya.

Wanita itu tersenyum menatap Ghea, "Cantik sekali bukan? hem?"

"Sudah nyonya, saya khawatir nanti dengan kondisinya," ujar perawat itu.

"Tidak apa, nanti saya yang urus." Ia menyibakan baju rumah sakit yang di kenakan oleh Ghea, alhasil perut Ghea terpapang jelas, "Sasaran saya? hem."

Cutter itu tidak di tekan hanya membentu lingkaran luka di perut Ghea, "Enak sayang?"

Tangan Ghea tiba-tiba bergerak dengan cepat, Dadanya serasa sesak, Ghea kembali mengejang, perawat itu panik melihat semua respon Ghea mengenai luka sayatan itu.

"Nyonya ini gimana?"

"Tenang, sekarang kamu berpura-pura tidak melihat kejadian ini, dan segera melaporkannya kepada dokter sialan yang mau mengobati cewe pembawa sial ini!"

Ghea [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang