41. RUMAH TUA MILIK LIBERT
"Lo tau kenapa gue ngajak lo ke sini?" tanya Jordan pada Glen. cowo itu membawa ponsel berlogo apel di tangan kirinya. peluh mengalir dari rambut Jordan hingga ke pipi, ia kesal karena Glen tak mau sedikit pun mendengarkan pendapatnya.
"Dari tadi lo diam aja, bisu lo, Bang?" Jordan semakin jengah. ia tidak sengaja mendorong Glen sampai ke tempat Ghea duduk waktu di perpustakaan.
"Nih yaa, lo itu cowo, masa cuma gak di terima sama satu cewe aja kaya gitu? masih banyak yang suka sama lo bang, gila si lo tuh kena virus anak bar."
"Jangan basa-basi situasi lagi gak asik, sebenarnya lo mau ngapain, sih?" begitulah Glen, gak suka berbasa-basi. dari sudut matanya, Glen dapat melihat Ghea yang juga memandangnya dari gedung lantai tiga.
Jordan tersenyum simpul, "Gue jadi yakin kalau lo itu bucin, maksud gue lo kaya anak zaman sekarang yang apa-apa gak di terima atau di putusin langsung ngeluh, eh ada juga lho, bang, yang sampai bunuh diri."
"Lo bukan anak zaman sekarang? pantes udah tua," sahut Glen datar.
"HEH! mantan gue banyak, cewe yang mendekat sama gue, bukan gue yang ngemis cinta! di kamus jordan gak ada yang namanya ngeluh karena cinta!"
Glen menghela nafas lelah, "Gak lucu lo."
"Yaa, memang gak lucu. Siapa juga yang bilang kalau gue lagi ngelucu? Gue, kan, bukan badut ancol atau barongsay, bang. Gimana, sih, lo?"
Glen jengah, ia berjalan meninggalkan Jordan yang masih ngerocos melanjutkan omongannya.
Jordan tersadar saat Glen tak berada di sampingnya lagi, "Wah bener-bener lo, yaa! Bukannya terimakasih gue bantuin bujukin Ghea malah sok banget jual mahal.
Glen berhenti, raut wajahnya tampak kesal, "Lagian siapa yang minta bantuan lo?"
Jordan bisa melihat gerak tubuh Glen kalau ia lagi marah, dari nada suaranya tampak jelas ada yang ia pendam, Jordan menelan salivanya lalu mencoba untuk berbicara serius kepada Glen.
"Oke, sorry, gue bakalan ngomong serius kalau gak, bisa di turunin pangkat gue di Laskar, kan, gue, masih mau jadi wakil."
"Ada apa? pasti lo ngajakin gue ada maunya."
"Astagfirullah, suuzan. tapi beneran, sih." Jordan terkekeh-kekeh melihat wajah datar Glen. "Bos, kan, ganteng, baik, kaya, banyak duit, pulang sekolah nanti traktirin mie ayam depan sekolah, yaa." Glen menatap mata Jordan, ia tak membalas sedikit pun celetukan Jordan.
"Udah napa, bang, jangan liatin gue mulu, gue tau, gue itu ganteng, yaa, walaupun gantengan elo."
Glen memutar bola matanya malas, pandangannya fokus ke jalanan yang sepi. Ada beberapa murid yang menunggu di sisi jalan. meskipun zaman sudah canggih penuh dengan teknologi transportasi yang menarik, tetapi banyak juga yang masih menggunakan angkutan umum meskipun ada juga yang menggunakan ojek online.
"Glen, bang, au ah gue puyeng manggil lo siapa." panggil Jordan histeris.
Glen melihat mobil hitam sport milik Mona memasuki rumah kosong di belakang sekolah. "Itu Mona?"
"GHEA JUGA ADA DI SANA GOBLOK!" seru Jordan.
"Ghea? tadi, kan, dia ada di gedung atas--"
"Nanti gue ceritain, buruan!"
Mereka berdua memanjat tembok yang membetang luas memisahkan antara luar sekolah dengan toilet di belakang sekolah. tak butuh waktu lama untuk memanjat tembok itu bagi mereka berdua, toh mereka sering melatih fisik memanjat tebing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghea [Tahap Revisi]
Novela Juvenil[TEEN FICTION] When broken home said "Hidup sendiri dengan beribu-ribu masalah itu gak enak."