45. TEMBAKAN
Lioni kembali membawa segundah pelaratan alat kesehatan di tangan kirinya lalu di tangan kanannya Lioni membawa keranjang berisi mayit bayi. Tubuhnya begitu kurus dengan wajah pucat ia datang bersama Bhara memasuki rumah tua milik Libert.
Lioni sempat Koma karena tabrakan saat hamil tua di mesiko, kalian pasti sudah tau dari majalah itu. Anak ternama bernama Lioni bratadikara dari pengusaha tersukses di dua belas negara. Kata majalah itu Ada kemungkinan keluarga Bratadikara menuntupi semuanya tentang Lioni dari media.
***
"All omaygott bu bos sekarang sadar dong!!" teriakan Robert memecah lamunan All. "syukurlah."
"Lo kenapa sih? kaya gak seneng gitu?" tanya Robert.
"Gak." All menatap pesan dari kekasih lamanya bernama Lioni yang pernah ia selamat waktu kejadian dua tahun lalu.
"Lo kenapa sih?" Robert merebut ponsel yang di genggam All kuat. "All.." Robert terdiam membaca pesan itu.
Tungguin sebentar lagi hari kematian lo akan tiba, Lioni adik gue bakal datang bareng ayah sambil bawa jasad bayi hahaha. Gak sabar gue ngelihat lo terkapar gak berdaya, see you ganteng.
"Gue--"
"Lo akan sama kita terus, kan. Gue gak mau kehilangan lo! Ancaman ini gak beneran kan?! Jawab All.. hiks." All menyeka air mata robert. "Kalaupun ia, lo hanya tetep sayang sama gue. Jangan sedih. Jangan merasa kehilangan yaa. Gue sayang sama lo Robert." senyum All memudar karena bajunya di tarik paksa oleh Abraha.
"Lo apa-apaan sih?! jangan pernah menghakimi sendirian!!" Robert menatap Abraha tajam. Bukan hanya Abraha di sana ada Lioni dan ayahnya juga yang di kenal kejam.
"Apa kamu cowok yang pernah melakukannya dengan anak saya, hm?" tanya ayah Lioni menatap All jijik. "Seberani itu anda sampai mereput mahkota anak saya."
BUGHH!!
Abraha tersenyum licik melihat All yang di perlakuan kasar oleh ayah angkatnya. Memang Abraha telah mencuci otak ayah abraha kalau yang melakukan hal itu sampai membuat adiknya koma adalah All. Padahal sebenernya anak itu adalah anaknya dengan adik angkatnya.
All di tarik paksa sampai pergelangan baju leher All sobek oleh Braha lalu memukulnya berkali-kali lipat. "DASAR BAJINGAN!"
Semua terkejut melihat Abraha yang seenaknya menghakimi All. All tak melawan sedikit pun. Ia menerima walaupun terkadang merintih kesakitan. Jordan maju untuk melerai, namun All menahannya lewat sorot mata All. "Jangan.."
Glen bangkit membawa tongkat baseball di pundak kananya. Dia lalu melayangkan tepat di kepala Abraha, "TERIMA INI BAJINGAN!" Pekik Glen tak bisa menahan emosinya.
"JANGAN!!" Pekik All kencang lalu melindungi tubuh Abraha. Sasarannya salah. Tongkat itu mengenai All tepat pada kepalanya. Duri-duri yang menancap pada tongkat itu kini berpindah di kepala All.
All tumbang dengan darah bersimbahan. Duri-duri itu menembus isi kepalanya. All tersenyum gentir memandang keranjang yang di bawa Lioni lalu matanya kembali menatap Robert.
"ALLDEBARA!!" Glen mundur menjatuhkan tongkat baseball-nya lalu mencoba meraih tubuh All yang terkapar jauh.
"Jangan ada yang mendekat," ujar Ayah Lioni menodongkan pistol. Semuanya mengangkat tangan kecuali Robert.
"OM MAU TEMBAK SAYA SILAHKAN! SAYA IKLAS YANG PENTING SEKARANG ALL HARUS DI BAWA KE RUMAH SAKIT." Ujar Robert mendekat kearah All.
DORR!!
Bukannya Robert yang menjadi sasaran malah All yang sudah terkapar bersimbahan darah semakin merintih kesakitan karena tembakan itu menembus jantungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghea [Tahap Revisi]
Fiksi Remaja[TEEN FICTION] When broken home said "Hidup sendiri dengan beribu-ribu masalah itu gak enak."