42. MONA BAJINGAN.
Ghea melihat pria itu dari bawah sampai atas, penampilannya lebih mirip dengan preman. Rambut gonrong, kemeja lusuh dan celana sobek. Ghea seketika merinding saat pria itu menatapnya dengan tersenyum nakal. Ghea berusaha membuka ikatan pada tangannya namun nihil.
"Apakah mau kekasih Glenmore?" tanya pria itu dengan tatapan tak bisa di artikan. Kalimat itu membuat Ghea menegang, ia bisa merasakan hawa jahat mengitarinya. Ghea meneguk ludahnya dan menoleh pada pria tersebut. "Anda siapa?"
Dengan gerakan cepat Pria itu menggendong Ghea ala karung beras di pinggul kanannya lalu menyeretnya pergi dari tempat Mona membekapnya.
Mona kembali memfokuskan pandangannya kepada tempat ia menyekap Ghea, tapi ia tidak melihat keberadaan gadis itu. Mona keluar menemui teman-temannya yang tengah minum. "Gawat Ghea ilang."
"HAH?" Semuanya berlari mengitari penjuru ruangan lalu Mona bersama Riska pergi menaiki mobil untuk mengejar mobil hitam yang dari tadi berhenti di depan rumah tua ini.
"LEPASINN AKHH!! PASTI KALIAN SURUHAN MEREKA, KAN?!" Ghea memekik histeris sampai seseorang di samping pengemudi menodongkan belati padanya. "Diam!"
"AYO BUNUH GUE!" Tantang Ghea menatap jatam orang itu.
"Diam kamu."
"Kalian mau apasih?!" Ghea masih berusaha memberontak namun kalah dengan ikatan di tangannya yang terlalu kencang. "LEPASIN GAK?!"
BUGHH!!
Satu tamparan mendarat di pipi kanan Ghea, pria itu jengah lalu menampar Ghea dengan sangat keras. "Diam atau--"
"ATAU APA? MAU TAMPAR LAGI? CEPET TAMPAR!" Ujar Ghea semakin kesal.
"CEPET TAMPAR GUE!!"
"CEPET!!"
BUGHH!!
Tamparan kembali melayang pada pipi Ghea. Gadis itu meringis lalu mengelap cairan kental yang keluar dari sudut bibirnya. "Bajingan," umpat Ghea.
***
Memang gelap, ruangan ini memang gelap tidak ada sedikit sinar yang menyorot tubuh Ghea. Pria seperti preman itu mengurungnya setelah aksi kebodohan itu. Di sini tempat Ghea, hanya debu yang menemaninya.
"Tolonggg..." suara rintihnya memekak di setiap sudut ruangan ini, tubuhnya sakit karena Mona telah mencambuk sampai mukul Ghea menggunakan tongkat besball berkawat duri.
"Glenn... tolong Ghea..."
Ghea meraba-raba setiap lantai yang kumuh itu, mencoba untuk mencari benda yang dapat memberinya cahaya. Namun hasilnya nihil, hanya ada cutter yang terlepas dari tempatnya. Ghea meremas cutter itu membuat darah segar mengalir deras di tangannya.
"Auu.." suara rintihnya.
"Glen tolong..."
Ada sebuah lemari besar yang sudah begitu rapuh penahannya, Ghea tak sengaja menyeggol lemari itu sampai semuanya berjatuhan menimpanya. dengan lagi sekumpulan pisau yang terlepas dari kotaknya.
Ghea memegang kepalanya yang terasa nyeri, Setiap benda yang berjatuhan dari lemari reok menimpa tubuh gadis itu. Di tambah dengan tidak ada cahaya sama sekali. Ghea melindungi tubuhnya menggunakan kedua tangannya dari benda-benda itu.
AKHHH....
"GLEN TOLONG GHEA.. SAKIT.."
Satu buah pisau berhasil menancap sempurna di pergelangan tangan Ghea, Gadis itu meringis sembari meniup luka yang tak cukup parah namun sangat amat nyeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghea [Tahap Revisi]
Teen Fiction[TEEN FICTION] When broken home said "Hidup sendiri dengan beribu-ribu masalah itu gak enak."