35. CAMPING [1]
Ghea yang baru saja keluar dari kamarnya menggunakan kursi roda dengan memakai kemeja tidur, melihat rumahnya begitu sepi dan gelap membuat Ghea sedikit aneh, pasalnya kalau salah satu pergi masih ada bibi yang menemaninya. Ghea meneriaki bibi dari atas tangga karena tidak mungkin kalau Ghea menerjunkan kursi rodanya melewati tangga.
"BIBI," panggil Ghea, namun tetap tidak ada jawaban.
"BIBI?!" panggil Ghea kembali dengan menaikkan tinggi suaranya.
"Ada orang?" guman Ghea.
"Mama, papa, Fina?!" panggil Ghea.
"Ada orang?" guman Ghea kembali.
Ghea bergindik ngeri, pasalnya tidak biasanya se-sepi ini, apalagi semenjak kehadiran dirinya yang menjadi Ghea yang dulu.
"Hallo." suara Ghea memekak di setiap sudut ruangan menandakan rumah ini tidak berpenghuni.
"HALLO!!"
"Masa gue di tinggal sendiri? yakali mereka pindah rumah dengan secepat ini?" guman Ghea. ia menatap kebawah pagar yang membatasi rumah atasnya dengan rumah bawahnya.
Kemana mereka? tak biasanya se-sepi ini, batin Ghea. dirinya sedikit cemas melihat kondisi rumahnya yang begitu sepi dan gelap.
sebuah sorot cahaya membuat Ghea memicingkan matanya, "Siapa?"
"Halloo? siapa di sana?!" suara Ghea bergetar ketakutan. Ghea mengayuhkan kursi rodanya mundur.
"Siapa?" ujar Ghea kembali, kursi roda Ghea terhenti ketika membentur tembok di belakangnya. Ghea semakin panik, peluhnya membasahi tubuh Ghea. cahaya itu semakin membesar.
"JANGAN MENDEKAT!!" pekik Ghea, sorot cahaya itu kini menampilkan sesosok pria bertubuh tegar tengah memegangi sebuah sinar.
"PAPA, MAMA, FINA, BIBI, BENJAMIN TOLONGGG!!!"
"TOLONG!!"
Pria itu berhenti membuat cahaya itupun terhenti, tak lama semua lampu di rumah Ghea hidup kembali menampilkan keluarganya yang tengah bersembunyi di balik diding sebelah Ghea.
"GLEN? PAPA, MAMA, FINA?!" yaa, pria yang membawa cahaya itu adalah Glen dan di sisanya yang tengah mengumpat adalah keluarga Ghea.
"SURPRISE?!" pekik mereka semua dengan menghampiri Ghea, Glen mengangkat tubuh Ghea ala bridal style seraya mengecup kening Ghea.
"Cie panik," goda Glen.
"Ohh, jadi abang ganteng yang dulu nabrak gue adalah pacarnya kakak? hemm," goda Fina.
"Gak panik cuma--"
"Itu mukanya panas dingin," potong Glen. Ghea tersipu malu ketika Ghea terus menggodanya. tatapan mereka bertemu sekilas karena terpotong oleh dehaman Hero dan Geni.
"Hemm," deham Hero melihat anaknya yang begitu mesra di hadapan mereka.
"Gue jomblo di kacangin mulu," keluh Fina.
"Maaf soal waktu itu," ujar Glen kepada Fina saat tau maksudnya.
"Santai."
"Papa mama mau kaya gitu," ujar Geni di manja-manjakan dengan memeluk pinggul suaminya.
"Halal dulu halal! aduh gue jomblo mata gue ternistakan," Fina pergi seraya mendorong kursi roda Ghea yang kosong.
-G h e a . . .
Mereka semua kini berada di halaman rumah Ghea dengan berbagai dekorasi tenda-tenda camping. Tak luput pemanggang dan api unggun yang tersedia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghea [Tahap Revisi]
Novela Juvenil[TEEN FICTION] When broken home said "Hidup sendiri dengan beribu-ribu masalah itu gak enak."