Kirain mereka akan bangga dengan semua ini, namun ternyata tidak!
-G h e a . . .
Ghea mengemudikan mobilnya memasuki perkarangan sekolah, di sebelah mobil Ghea terdapat mobil glen yang sudah terparkir rapih.
Ghea yang menengok ke sebelah kanan langsung memfokuskan penglihatannya ke arah depan. Glen yang melihat semua itu hanya bisa tertawa dan segera keluar dari mobilnya.
"Nona Ghea," panggilan Glen.
"Apasi Lo!" Ujar Ghea yang kini menuruni mobilnya.
"Ikut lomba ya? Pinter juga ternyata babu gue," ledek Glen.
"Gak gue mau nyantet Lo ke sekolah!" Ujar Ghea malas.
"Lawak." Glen merangkul Ghea sembari berjalan menuju aula.
"Apasi Lo! Lepas!" Perintah Ghea.
"Gak."
"Gila Lo!" Ghea menghempaskan tangan Glen dari rangkulannya dan segera berlari.
"Heh babu," pekik Glen.
"Gue bukan babu lo!" Ghea berlari-lari menelusuri koridor sembari di kejar oleh Glen. Seperti tom and Jerry. Saat sudah melihat Glen tak mengejarnya, Ghea beristirahat di salah satu bangku yang ada di koridor tersebut.
"Hay," ujar pria yang ada di sebelahnya.
"Lo? Ngapain gila di sini!! Pergi!" Ghea mengusir Glen yang sedari tadi duduk di sebelahnya.
"Gue yang duluan!"
"Ish, ketua geng nyali psikopat dasar," ledek ghea ngawur.
"Iya," ujar Glen. Ghea memutar bola matanya malas.
"Lo ke sini gak sama orang tua?" Glen membuka pembicaraan.
"Mana mau orang tua gue dateng ke sini, kalau Lo?," Tanya Ghea balik.
"Gue gak punya orang tua! gue anak panti asuhan, gue benci sama orang yang nanya keberadaan mereka, dan lo salah satunya!"
"Sorry." Glen tak menjawab ia segera bangkit dan berjalan meninggalkan Ghea.
"Ish, Glen tunggu," pekik Ghea.
"Ngapain?" Tanya Glen.
"Y-ya m-mau barenglah," balas Ghea gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghea [Tahap Revisi]
Fiksi Remaja[TEEN FICTION] When broken home said "Hidup sendiri dengan beribu-ribu masalah itu gak enak."