01. FLASHBACK HARI PEMBUNUHAN
Bel pulang berbunyi, Ghea membereskan semua alat tulis lalu bergegas keluar kelas. Menyelusuri setiap lorong tanpa disadari Ghea menabrak seseorang yang berjalan kearahnya.
BRUGHHH!!
Tabrakan itu membuat buku yang berada dalam genggamannya terjatuh.
"Kalau jalan pake mata dong! Bangsat," Tukas cowok itu kasar. Ia meraih ponselnya yang terjatuh tak jauh darinya. "sial."
"Sorry..." Rintih Ghea sembari bangun lalu membereskan buku-buku yang sudah berserakan. Ghea melotot melihat seseorang yang di tabraknya itu.
"Elo?"
"Elo lagi."
Ghea menutup matanya, deru nafas Glen terasa jelas. "Hahaha! Jangan harap lo bisa lepas kali ini."
"Gue minta maaf, gue mau pulang! Minggir."
"Gak ada kata maaf."
Glen memegang lengan Ghea, menatapnya. "Ikut gue!" Perasaannya was-was.
"Lo mau ngapain? Lepas!" Ucap Ghea gelagapan.
"Gak."
"Sinting, lepas!"
"Tinggal ikut gue, apa susahnya sih?"
"Gue gak mau!"
Glen memperhatikan sekelilingnya sebelum menarik kasar cewek itu kearah parkiran. Pria paruh baya itu tersenyum dibalik tembok tak jauh dari mereka. "Mangsaku menjadi dua, hahaha!"
"Gue gak ngerti sama jalan pikiran lo... mau lo tuh apa sih?" Ghea mencoba melepaskan genggamannya.
"Lo mau mati?" Ucap Glen sedikit terengah-engah.
"Maksud lo?"
"Brengsek..." Glen terdiam, Ghea tidak boleh tau soal ini.
"Kenapa lo diem?" Tanya Ghea, bingung.
"Gak perlu tau."
Wajah Glen tampak gelisah, sambil mengemudikan motor ninjanya melintasi jalanan kota ini.
"Kenapa lo mau anterin gue pulang?" Kata Ghea, tiba-tiba bertanya.
Cowok itu menepikan motornya, "Turun!"
Ghea kaget. "Hah?"
"Lo gak mau gue anterin pulang, kan?"
"Kapan gue bilang gitu?"
"Tadi," Jawabnya singkat lalu meninggalkan Ghea di trotoar jalan.
Ghea melotot, "DASAR BRENGSEK!"
Perempuan itu memperhatikan sekelilingnya, menyadari kota ini cukup sepi kalau sore hari. Ia mencari kedai kopi terdekat, "Dari pada aku pulang, mending aku nyari kerja buat nambah penghasilan."
Ghea menghampiri toko kue kuno yang berada diseberang jalan, kini niatnya terurung untuk mencari cafe-cafe besar. Disana ada seorang nenek tua menggunakan baju ala-ala eropa kuno.
Bau roti-roti disana sangat harum, ia tersenyum lalu menyapa wanita paruh baya itu. "Aku suka bau roti-roti disini, nona."
Senyum tulus mendarat di pipinya, "Terimakasih atas pujianmu, sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghea [Tahap Revisi]
Teen Fiction[TEEN FICTION] When broken home said "Hidup sendiri dengan beribu-ribu masalah itu gak enak."