BAB 44

113K 9.9K 4.3K
                                    

Kalo TSR terbit ada yang mau beli kah?

BTW sebagian part udah direvisi jadi kalo ada bagian yang gak nyambung dari part 1 sampe sini mohon maaf ya, nanti aku up lagi yg udah di revisinya.

******

Terhitung sudah tujuh hari semenjak Leo di operasi dan sore ini Leo sudah berada di rumah setelah memastikan keadaannya cukup membaik, sebagian lukanya juga sudah mengering hanya saja pemulihan bahunya yang masih membutuhkan banyak waktu. Kemungkinan besar Leo akan rawat jalan.

"Lea gue mau pipis!" teriak Leo seraya menyandar di kasur memanggil Lea yang tengah menyiapkan peralatan guna memandikannya.

"Iya sabar bentar ini babunya lagi nyiapin air buat mandi Raja." Sahut Lea sarkas, suaranya tidak kalah nyaring dengan teriakan Leo. Dia sedikit kesal karena Leo sedari tadi terus saja memanggilnya dan memerintah ini itu.

"Lama banget perasaan." Ujar Leo ketika melihat Lea dengan penampilan lusuhnya keluar dari kamar mandi.

"Gue kan bersihin lantai dulu, ntar kalo lo jatoh gue lagi yang disalahin." Ujar Lea kemudian membantu Leo yang kakinya masih sedikit kaku untuk berdiri lalu menuntunnya ke kamar mandi dengan menggunakan tongkat, Lea sengaja tidak membelikan Leo kursi roda karena takutnya nanti Leo malas untuk jalan.

Lea membuka tutup toilet duduk untuk Leo gunakan.

Selagi menunggu Leo buang air kecil, Lea mulai membasahi kain dengan air hangat yang ada di baskom guna mengelap tubuh Leo. Setelah selesai, Leo kemudian duduk di atas toilet lalu Lea membuka kancing bajunya satu persatu, dalam hal seperti ini tidak ada lagi kata malu.

"Bahu lo masih sakit gak?" tanya Lea disela kegiatannya yang beberapa hari kebelakang ini telah menjadi rutinitasnya.

"Nggak, cuma yang tadi aja pas mau duduk di kasur."

"Lo sih rusuh banget idupnya, kayak orang sehat aja." Ujar Lea kemudian mulai mengelap tubuh Leo. Kurang apa coba dirinya yang rela merawat Leo dari ujung kepala sampai ujung kaki tanpa memikirkan perbuatan Leo yang sebelum-sebelumnya.

"Gue tuh sebenernya sehat, cuma bahu aja yang sakit." Sahut Leo membela dirinya.

Lea mendengus. "Sama aja bodoh." Kemudian dia beralih mengelap kaki Leo secara perlahan karena masih ada beberapa luka yang belum kering.

"Eh Leo katanya di sekolah bakal ngadain tes keperawanan." Ujar Lea mengutarakan keresahannya ketika tadi pagi dirinya tidak sengaja mendengar desas desus itu dari kakak kelasnya.

Leo mengernyitkan keningnya. "Lo denger dari mana?

"Ya dari orang-oranglah, anggota osis juga ada yang ngomongin. Terus gimana dong Leo? Kalo beneran ntar bisa-bisa gue dikeluarin, lo tau sendirikan kalo gue udah nggak." Ujar Lea seraya menatap Leo dengan bibir mengerucut.

Melihat itu membuat Leo menyentil kening Lea.

"Aw! Sakit, Leo!" pekik Lea seraya mengusap keningnya dengan penuh drama seolah-olah benar-benar sakit.

"Makanya jangan mikir macem-macem kalo bukan guru yang bilang." Dengus Leo.

"Gimana gak mikir macem-macem orang gue searching di google katanya emang ada tes keperawanan dibeberapa sekolah." Sanggah Lea.

"Kalopun ada belum tentu juga di sekolah kita mau repot-repot ngadain yang begituan, kayak gak punya kegiatan lain aja sampe keperawanan orang diurusin." Ujar Leo yang tidak habis pikir. Kalau boleh saran daripada mengadakan tes keperawanan mending lebih baik mengadakan tes kehamilan supaya yang tengah hamil diluar nikah ketahuan.

THE SECRET RELATIONSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang