BAB 30 : Olimpiade

320K 14.4K 1.3K
                                    

Setelah berganti pakaian mengenakan seragam, Lea saat ini tengah berbincang bersama teman-temannya di toilet sembari berdandan siapa tahu ada cowok dari sekolah lain yang nyantol.

"Udah sih Na, Si Daffa lo terima aja lumayan duit dia banyak ditambah lagi lo bisa makan pecel tiap hari." Ujar Lea setelah mengenakan liptint. Sejak kembalinya dari kantin Lea terus saja merecoki Alana mengenai Daffa yang ingin lebih dekat dengannya tapi emang dasar Alana, dia tidak suka cowok bawel seperti Daffa.

"Kok jadi makan pecel?" tanya Tania kurang paham.

"Ibunya kan tukang pecel di perempatan yang deket perumahan Si Dyra. Kalo Bapaknya selain jualan tanah sama kontrakan dia juga juragan lele, pokoknya kalo Si Alana jadi sama dia gue jamin pasti makmur. Bisnisnya dimana-mana cuy hahaha." Jelas Lea.

Alana hanya mendengus tidak peduli.

"Emang perumahan Si Dyra-Dyra itu dimana sih tempatnya?" tanya Salsha.

"Ah lo mah gak tau makanya main dong ke kota." Cibir Lea membuat Salsha jengkel.

"Gue kan ga-"

"Bentar." Potong Lea karena handphonenya berbunyi. Dia melirik id si penelpon yang ternyata dari Leo.

"Iya kenapa?" tanya Lea setelah menempelkan handphonenya di telinga.

"Kolor gue mana?" tanya Leo to the point, dapat Lea dengar kalau di seberang sana terdengar suara orang-orang mengobrol mungkin saat ini Leo tengah berada di ruang ganti.

"Hah? Maksudnya?" tanya Lea kurang paham.

"Celana futsal gue mana? Gak ada di tas." Suara Leo terdengar panik.

"Kan tadi pagi udah gue masukin. Masa gak ada, coba cari yang bener."

"Sumpah gak ada, gue udah ubek-ubek tetep aja gak ada. Lo gak lupa naro kan?"

"Lupa naro gimana ceritanya, kan tadi gue masukin. Lo nyiapin barangnya juga lengkap. Coba cari yang bener siapa tau keselip atau kepake sama temen lo." Ujar Lea heran, sejujurnya dia ingin sekali mengomel karena keteledoran Leo jelas-jelas sudah dia masukan secara sadar. Pasti Leo lupa menaruh ketika akan berganti baju pikirnya.

"Bentar." Terdengar Leo berbicara dengan teman-temannya, Lea setia mendengarkan. Hingga lima menit berselang Leo kembali berbicara dengannya.

"Gak ada. Celana gue kan ada nomornya. Mereka gak pake."

"Ya mana gue tau. Makanya lain kali jangan teledor, dengerin kalo gue ngomong bukannya malah ngeledek. Sekarang kerasa kan?"

"Berisik!" Leo langsung mematikan telponnya secara sepihak. Dia sedang panik malah kena ceramah Lea bukannya membantu mencarikan solusi.

Lea mengernyit menatap handphonenya, "dih." Dengusnya.

"Siapa?" tanya Salsha kepo. Meskipun dia tengah sibuk dengan peralatan make upnya tapi tenang saja kupingnya selalu standby mendengarkan suara Lea.

"Laki gue."

"Emang kenapa sampe nelpon, kangen?" goda Tania yang telah selesai mengikat rambut. Kali ini mereka tengah menunggu Salsha selesai dengan kegiatannya.

"Dih apaan sih. Dia nanyain celana futsalnya, kan tadi pagi gue yang masukin ke dalem tas tapi tadi katanya gak ada."

"Kok bisa?" tanya Alana.

"Mana gue tau, dia itu teledornya minta ampun. Giliran kayak gini gue yang kena imbas dimarah-marahin padahal salah dia sendiri." Ujar Lea yang ujungnya jadi curhat.

THE SECRET RELATIONSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang