BAB 40 :

285K 18.7K 8.4K
                                    

WATTPAD EROR GAK BISA KOMEN, BALES KOMEN DAN SEBAGIAN KATA ILANG. SEMOGA CEPET PULIH.

JANGAN LUPA FOLLOW, KOMEN, VOTE DAN SHARE :)

******

"Nanti jadi pergi ya." Ujar Lea sore itu. Dia duduk di lantai dengan Leo yang tengah menalikan sepatunya.

Rencananya setelah menemani Leo lari sore, Lea meminta untuk pergi ke mall. Kalau tidak diturutkan Lea pasti akan mengungkit-ungkit janji Leo yang berniat membelikannya skincare kalau cowok itu diijinkan pergi mendaki yang akan dilakukan hari sabtu besok dan pulang hari minggu.

"Nanti pas lo naik, jangan nakal. Gue liat di youtube ternyata gunung itu banyak banget mistisnya. Banyak baca doa, jangan tinggalin solat." Ujar Lea menasehati Leo untuk kesekian kalinya.

Leo mendengus. "Iya Lea iya. Dikira gue baru pertama kali muncak." Setelah mengucapkan itu dia berdiri karena tugas menalikan sepatu Ndoro Lea telah selesai.

Leo mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh Lea.

"Bukan gitu, kali aja lo lupa, lo kan emang rada-rada selebor takutnya pas disana setannya malah digodain." Ujar Lea seraya merapikan rambutnya yang berantakan karena kupluk hoodie.

Leo berdecak sebelum merangkul pundak Lea lalu menyeretnya agar segera jalan. "Dikira populasi cewek di Dunia ini udah abis apa. Yang ada setannya godain gue."

"Ya kali aja gitu, takutnya mereka berubah jadi cewek cakep terus lo godain, kan mata lo tiap liat cewek cakep suka keluar lope-lope." Jelas Lea. Tapi bukan itu yang sebenarnya Lea takutkan, dia takut Leo hilang di gunung seperti kasus pendaki-pendaki lain.

Leo semakin mengeratkan rangkulannya setelah itu menepuk-nepuk kepala Lea dengan sebelah tangan. "Ini kepala, jangan mikir jelek terus. Nanti kebiasaan." Ujarnya setelah itu Leo mengganti rangkulannya dengan menggenggam tangan Lea ketika hendak melewati sebuah warung yang suka dipenuhi oleh ibu-ibu tukang gibah.

"Tapi gue kepikiran terus, Leo. Nanti pas disana terus hubungin gue ya? Oke?" Lea menggoyang-goyangkan lengan Leo.

"Dibilang di gunung susah sinyal. Punten, bu." Ujar Leo ketika melewati warung.

Ibu-ibu yang mengobrol entah mengobrol apa langsung terdiam kemudian membalas ucapan Leo.

"Iya, mangga A." Jawab ibu-ibu berdaster merah.

"Jalan-jalan aja A?" Tanya ibu-ibu satunya yang berbadan tambun.

"Iya, Bu. Mari." Jawab Leo kemudian melanjutkan jalannya diikuti oleh Lea yang menatap ibu berbadan tambun itu dengan sinis, soalnya kata Bi Sumi ibu-ibu itu pernah menggosipkan Lea pas awal-awal pindah kesini.

"Dasar geng rumpi, pasti abis ini kita digibahin lagi." Gerutu Lea setelah beberapa langkah.

"Suudzon mulu." Tegur Leo kemudian berlari kecil diikuti oleh Lea yang terlihat sangat amat malas.

"Emang kenyataannya begitu. Dia gak tau aja yang di omongin siapa." Dengus Lea. Coba saja dia menciduk orang-orang yang suka menggosipkannya secara langsung biar nanti dirinya tidak sungkan untuk memberikan ceramah.

Keduanya berlari sampai ke taman perumahan yang setiap sore selalu ramai. Leo melakukan peregangan terlebih dahulu sebelum push up sedangkan Lea hanya menyaksikan sambil duduk dengan kaki di luruskan soalnya kata Leo supaya tidak kena varises yaitu pembengkakan pembuluh darah vena akibat adanya penumpukan darah di dalam pembuluh tersebut. Jika hal itu terjadi maka ditandai dengan adanya tonjolan pembuluh vena berwarna ungu atau biru gelap. Dan Lea tidak ingin itu, nanti anggota tubuhnya tidak cantik lagi.

THE SECRET RELATIONSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang