BAB 37 : Belum Di Revisi

250K 14K 3.4K
                                    

Setelah makan malam, Lea tidak ikut berkumpul terlebih dahulu bersama teman-temannya, dia ingin mengintrogasi Leo mengenai alasannya mabuk tadi siang. Kalau masalah Leo yang marah-marah tidak jelas, itu sih sudah biasa namanya juga orang mabuk, pasti bicaranya melantur.

Saat ini keduanya sudah berada di dalam kamar dengan Lea yang duduk dikursi belajar sedangkan Leo di kasur. Leo sudah tahu, pasti dirinya akan disidang untuk kesekian kalinya.

"Jadi, sekarang apa alesannya sampe mabuk pas siang-siang?" Tanya Lea serius.

"Gak ada. Lagi pengen aja." Ujar Leo sambil menunduk bermain game sekaligus menghindari tatapan Lea.

"Jangan bohong. Lagi ada masalah apa?"

Leo menggelengkan kepala. "Beneran, Ya. Gak ada masalah apa-apa."

Lea mendengus merasa Leo tidak serius ketika berbicara dengannya maka dari itu dia merampas handphone milik Leo.

Leo mendongak. "Ya! Nanggung itu dikit lagi." Ujarnya.

Lea menggenggam handphone Leo di atas pangkuannya. "Jelasin dulu, alesannya apa."

Leo mengacak rambutnya. "Kacau ini mah pasti mati." Desis Leo yang masih memikirkan game-nya.

"Leo." Geram Lea.

"Apa lagi sih? Kan tadi udah dibilang lagi pengen aja biar gak suntuk. Emang kalo orang mau mabok harus punya masalah dulu?" Ujar Leo kesal.

Lea mendengus. "Kan udah gue bilangin beberapa kali, gak boleh minum ya gak boleh minum. Masih aja lo lakuin. Heran deh gue sama lo, otaknya dimana gitu kayak yang gak punya otak, nurut sekali apa susahnya sih. Gak bikin lo mati juga kan? Terus lo juga nyuruh gue jangan ini jangan itu udah gue turutin. Sekarang giliran gue nyuruh lo jangan minum tapi tetep aja dilanggar."

"Gue udah nolak tapi dipaksa, yaudah gue minum aja. Lagian gue gak enak juga sama mereka yang udah beli banyak tapi gak diminum. Mubazir." Sanggah Leo.

Lea menipiskan bibirnya greget, banyak sekali kata-kata yang siap dia lontarkan di otaknya. "Lo nolaknya gak niat, kalo lo nolak beneran NOLAK pasti gak bakal diminum. Apapun alesan lo, pokoknya malem ini lo tidur sendiri. Gue tidur sama yang lain." Ujar Lea pada akhirnya.

Kalau kalian diposisi Lea pasti akan mengalami masa dimana kalian tidak bisa berkata-kata ketika kesal, capek dan kecewa menjadi satu.

Lea berjalan keluar kamar tidak lupa dia melemparkan ponsel Leo tepat di atas kasur setelah gamenya dia matikan.

Leo mendengus kesal seraya mengusap wajahnya. Dia juga sih yang salah karena tidak pernah menurut. Apalagi sekarang yang marah bukan hanya Lea tapi juga Irene.

******

Sekarang telah jam sembilan, Lea dan teman-temannya masih asik menonton film horor diruang televisi karena di kamar tamu tidak ada televisi. Maka dari itu mereka semua memilih menonton disini karena televisinya yang besar ditambah lagi keadaan rumah yang sepi selain itu lampunya juga sengaja diredupkan alhasil suasananya semakin horor.

Mereka berempat menonton sambil tidur berdempetan dengan satu selimut dan se-toples popcorn, untung saja sofanya bisa di ubah menjadi kasur.

"Ya, anter ke dapur yuk." Ajak Salsha yang tidur disampingnya. Jadi posisi mereka saat ini dari kanan ada Alana, Tania, Salsha dan Lea diujung sebelah kiri.

"Gak mau ah, minta yang lain aja. Lagian mau ngapain sih ke dapur? Udah tau lagi nonton horor." Tolak Lea mentah-mentah. Melihat ke arah samping saja dia tidak berani karena takut tiba-tiba ada wajah yang muncul.

THE SECRET RELATIONSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang