BAB 36 : Belum Di Revisi

257K 14.4K 2.5K
                                    

Sudah kurang lebih dua minggu Lea tidak sekolah dan sudah tiga hari Lea pulang ke rumah ibu mertuanya. Besok rencananya Lea akan pergi sekolah meskipun tangan kanannya masih belum pulih. Yang terpenting besok harus sekolah dan otaknya tidak boleh menganggur kelamaan takutnya semakin kosong. Untuk menulis, untungnya Lea diberikan toleransi oleh pihak sekolahnya supaya mengetik di laptop. Kalau untuk mengambar misalnya tugas matematika yang mengharuskan membuat garis atau diagram, lagi-lagi Lea diberikn toleransi hanya boleh mengisi jawabannya tidak usah menggambar.

Sore ini rencananya teman-teman Lea akan datang untuk menginap dan berangkat sekolah bersama-sama secara Lea belum dibolehkan mengendarai mobil.

Lea yang tengah duduk-duduk saja di kamar seraya menonton televisi segera turun ke bawah guna menyambut teman-temannya yang tadi menelpon memberi kabar kalau telah sampai.

"Yuk masuk." Ajak Lea.

Teman-temannya mengekor dibelakang.

"Mau minum dulu atau langsung ke kamar?" Tanya Lea.

"Ke kamar ajalah, berat ini." Jawab Tania seraya mengangkat tasnya yang cukup penuh.

"Minumannya juga anterin aja ke kamar." Sahut Salsha.

"Siapa anda?" Tanya Lea.

Salsha mengernyitkan hidung. "Dih, kenalin gue kembarannya Princess Charlotte dari Cambridge." Jawab Salsha seraya menyodorkan tangannya namun malah dibalas dengan sorakan.

Lea memasang mimik wajah seakan-akan ingin muntah. "Bangun-bangun, mimpi lo kejauhan kayak pipa rucika."

Mereka menaiki tangga.

"Menghalu sampe jauh." Imbuh Alana.

"Halu boleh asal bisa bedain mana dunia nyata, mana dunia fana." Sahut Tania.

Salsa memutarkan kedua bola matanya. "Hell to the low, selama halu gak dilarang apa salahnya."

"Ya salahlah kalo halu lo over ntar disangka gila, mau lo? Ih gue mah ogah punya temen gila. Amit-amit." Lea menatap Salsha sinis kemudian mengedikan bahunya.

"Pedes banget, Neng." Sahut Tania.

"Ciri-ciri temen gak setia kawan ya kayak gini." Salsha menunjuk-nunjuk jarinya ke arah Lea yang berjalan disampingnya.

"Dih bodoamat ya, gue mah realistis aja kali. Ntar ketularan gila gimana? Masa Cantik-cantik gila, kan gak pantes." Ujar Lea menyombongkan diri.

Lantas hal itu langsung mendapatkan ejekan dari temannya.

"Baru juga kena azab, udah songong aja." Sahut Alana.

"Tau tuh besok-besok yang kena azab mulutnya aja biar gak bisa ngomong." Imbuh Salsha.

Mereka melewati kamar Leo karena letak kamar tamu dan kamar Leo hanya terpisah oleh satu kamar.

Lea mendelik. "Azab apaan, ini tuh artinya Tuhan terlalu sayang sama gue makanya dibikin kayak gini. Jadi gue bisa santai di rumah dua minggu, gak sibuk mikirin tugas sekolah apalagi ikut pelajaran olahraga, pokoknya gue berasa jadi ratu."

"Ratu siluman kodok." Celetuk Tania.

"Ih nggak, ini seriusan loh. Gue bener-bener dimanjain. Pengen ini pengen itu diturutin." Sangkal Lea tidak terima.

Alana merangkul Lea. "Yaudah gue doain deh semoga yang maha kuasa buat lo kayak gini aja selamanya. Gak usah sembuh lagi, oke?" Ujarnya.

Karena terlalu asik mengobrol, mereka tidak sadar kalau ternyata telah sampai di depan pintu kamar tamu.

THE SECRET RELATIONSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang