BAB 24 : Marahnya Leo

324K 15.1K 839
                                    

VOTE dan Komen jangan lupa ;)
——————————————————

Setelah solat subuh dan menyiapkan perlengkapan Leo untuk sekolah Lea memutuskan untuk kembali mengurung tubuhnya di dalam selimut, dia tidak pergi ke sekolah dengan alasan seluruh badannya sakit setelah kemarin sore pulang dari Gunung.

Sementara itu di Warjan, Leo sedang asik mengobrol bersama teman-temannya membahas segala hal yang belum mereka ketahui seolah-olah mereka lupa bahwa kewajibannya itu untuk belajar bukan mengobrol di warung.

“Sore ini kita ngadu lagi.” Ujar Joseph sambil menyandarkan punggungnya di tiang kayu dengan satu kaki dia naikan ke atas kursi yang didudukinya.

“Sama siapa?” tanya Adnan yang duduk di samping Leo.

“Bang Alvin, dia ngasih duitnya gede. Lumayan buat beli yang bikin enak hahaha.” Joseph tertawa. Memang laknat sekali.

“Kalo menang bakal terbang kita hahaha.” Timpal Aldy

“Jelas, mumpung gue lagi mumet sama dunia tipu-tipu ini hayulah gaskeun.” Sahut Fakhri.

“Tapi gue gak ada sepatu.” Ujar Bagus yang sedang duduk sambil sesekali menyeruput kopinya.

“Sepatu futsal gue masih di lo, kan?” tanya Leo kepada Joseph yang merasa dirinya diingatkan oleh ucapan Bagus.

“Lah iya bener, nagih nih ceritanya?”

“Itu sepatu keramat gue bego, kalo mau minjem yang lain aja.” Leo melempar cangkang kacang ke arah Joseph.

“Halah, bilang aja gak ikhlas minjemin.”

“Dih apaan lo anjing, minjem maksa bener. Yang itu mau gue pake nanti.” Leo menyesap rokoknya kembali.

“Lah kan yang waktu itu ada.” Ujar Fakhri kepada Bagus tanpa memperdulikan percakapan Leo dan Joseph.

“Yang mana? Gue cuma punya satu, itu juga masih di Bang Daffa.” Jawab Bagus.

“Oh belum balik?”

“Boro-boro, mau diambil malah gue kena gampar.” Dengus Bagus. Sudah hampir dua minggu sepatu futsal miliknya dipinjam oleh Daffa, namun giliran akan diambil dia malah kena ceramah dan satu tempelengan. Daffa bilang kalau Bagus itu terlalu perhitungan sebagai kawan.

“Di Antariksa kayaknya ada, pake aja. Mau main di sana kan?” sahut Leo. Antariksa adalah nama tempat futsal miliknya. Cowok itu memang sangat menyukai berbagai hal berbau antariksa atau bisa disebut juga luar angkasa. Tempat futsal milik Leo setiap harinya tidak pernah sepi pengunjung karena tempatnya strategis dan juga fasilitasnya sangat mumpuni.

Mereka semua mengangguk mengiyakan, selain di Antariksa ya dimana lagi tempat futsal yang berstandar internasional di daerah Bandung. Apalagi kalau Leo ikutan main pasti biaya sewanya juga akan jauh lebih murah.

Drrt drrt drrt

Ketika hendak bicara tiba-tiba handphonenya yang dia taruh di dalam saku hoodie bergetar. Leo langsung mengambilnya dan terdiam sejenak ketika melihat id si penelpon.

Lea cantik is calling, tanpa pikir panjang Leo langsung mengangkat telpon tersebut.

“Iya kenapa?”

“Lagi dimana?”

“Gue lagi bareng temen-temen di Warjan.” Jawab Leo sambil melirik teman-temannya yang semula ikutan terdiam kini mulai kembali melanjutkan obrolan tanpa memperdulikannya.

“Bolos lagi?!” tanya Lea dengan nada kesal.

“Weits, santai.” Leo memperbaiki posisi duduknya yang semula tegak kini mulai menyandar kursi kayu. “Lagi jamkos ini makanya nongkrong.” Dustanya padahal dia sedang membolos sekarang.

THE SECRET RELATIONSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang