BAB 21 : persiapan Hiking

302K 15.5K 724
                                    

VOTE, KOMEN, FOLLOW DAN SHARE
******

Beberapa hari telah berlalu, tidak ada perubahan yang signifikan dari sikap Sandra, gadis itu masih tetap mengacuhkan Lea. Untung saja hingga saat ini status yang Lea miliki belum tersebar. Sementara temannya  yang lain masih santai-santai saja tidak terlalu peduli atau bahkan belum sadar terhadap sikap Sandra ketika sedang berkumpul selalu duduk menjauhi Lea. Kenapa Sandra tidak keluar saja dari geng yang ada Leanya? Karena kalau tidak ada mereka berempat Sandra itu bukan apa-apa, dia pasti dikucilkan.

“Tes..Tes..satu..dua..satu..oke ekhmm. Pengumuman kepada seluruh siswa dan siswi kelas XI IPS saya tunggu kehadirannya di aula 2 sekarang juga! Kalau ada yang tidak hadir siap-siap nilai rapotnya dibawah kkm. Terimakasih.”

Setelah bel istirahat berbunyi terdengar suara Pak Asep memenuhi setiap penjuru sekolah. Beliau memerintahkan seluruh murid kelas XI IPS untuk berkumpul di aula 2, dimana aula tersebut terletak di lantai 2 yang kebetulan aula terbesar yang dimiliki oleh SMA Kartini setelah aula 1 yang terletak di lantai 1.

“Ikut ke aula gak, Ya?” tanya Salsha sambil membereskan buku-bukunya.

“Palingan ngebahas hiking, males ah mending ke kantin aja.” Sahut Lea.

“Jangan gitu, katanya ada anggota OSIS yang bantuin ngabsen.” Tegur Alana yang duduk di belakang Lea.

“Niat banget sih.” Desisnya kalau sudah begini Lea tidak bisa berbuat apa-apa.

“Kayak gak tau aja.” Ujar Alana yang disetujui oleh teman-temannya. Setelah itu mereka beriringan keluar dari kelas.

“Ke kantin dulu, nanti takut gak keburu istirahat.” Ujar Lea karena jam istirahat pertama hanya 20 menit. Sedangkan dia sendiri tahu kalau sudah kumpulan seperti ini akan memakan waktu yang cukup lama.

******

Setelah mengisi absen di depan pintu masuk, Lea dan teman-temannya sudah berada di dalam aula yang sudah hampir dipenuhi oleh seluruh murid dari kelas XI IPS. Mereka berlima memilih duduk di kursi belakang supaya mudah untuk keluar ketika kumpulan telah usai.

“Kebiasaan orang Indonesia ya gini, ngaret.” Gerutu Lea sambil sesekali meminum jus buah naganya. Untung saja dia tadi sempat pergi ke kantin, memakan sepotong roti untuk mengganjal perut jadi dirinya tidak harus kelaparan ketika menunggu acara yang sejak kedatangannya dari 10 menit yang lalu belum juga dimulai.

Bahkan saking kesalnya, dia tidak menyadari kalau di belakangnya sekarang ada Leo beserta komplotannya yang baru saja duduk. Karena murid kelas XI IPS hanya menghabiskan setengah tempat dari keseluruhan aula alhasil di belakang sana masih tersedia kursi cukup banyak.

“Ya udah sih, pindah aja ke Sumedang.” Sahut Salsha dengan tenang seolah-olah ucapannya tadi sungguh benar.

Tania mengerutkan kening lalu menatap Salsha. “Sumpah demi apapun lo garing, Sal.” Ujarnya seraya menggelengkan kepala.

“Pura-pura ketawa ah kasian.”  Sahut Lea.

“Sumpah lo semua gak asik.” Ujar Salsha kemudian melirik Sandra yang duduk di sampingnya. “Gue malu, San.” Adunya seraya menyembunyikan wajahnya di kedua telapak tangan.

Sandra menoyor kepala Salsha. “Lo sih, mending diem aja gak usah banyak omong.”

“Hmm kasar.” Celetuk Bagus yang duduk tepat di belakang tubuh Tania.

Mendengar sahutan itu sontak Lea dan yang lain membalikkan badan. Lea melebarkan mata ketika melihat Leo yang duduk di belakangnya sambil meminum cola. Beberapa detik keduanya terdiam dengan pandangan saling menatap satu sama lain, jelas sejak awal Leo tahu kalau di hadapannya itu adalah Lea makanya dia memilih duduk di sana. Adegan saling tatap itu tidak berlangsung lama setelah Lea menyadari kalau sekarang bukan hanya dirinya dan Leo saja yang berada di ruangan ini, masih banyak orang di sekitarnya apalagi Sandra yang diam-diam memperhatikan interaksi keduanya dengan tatapan tidak suka. Lea memutus kontak terlebih dahulu, dia berbalik seolah-olah tidak terjadi apapun.

THE SECRET RELATIONSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang