“Ali!! ALISIA!! JANGAN TUTUP MATA LU DULU!” teriak seseorang yang memangku gua sekarang.
“ALISIA!!!!!!!” teriaknya tepat di depan mata gua.
Apakah gua sekarang lagi mimpi?
Kenapa di depan gua tiba-tiba ada Andreas?
Kenapa dia bisa kesini?
Apakah dia mau nolongin gua?
CETAS
“AAAAWWW SAKITTT!!!!!!” teriak gua kesakitan setelah menerima sentilan di tengah kepala gua. Astaganaga itu orang mau ngehancurin otak gua atau gimana sih?
Masih kerasa banget lagi sakitnya di tengah dahi gua. Lebih parahnya, sakitnya malah semakin menjalar ke seluruh dahi gua yang membuat bagian atas dahi gua sudah berubah warna menjadi merah padam.
Lama-lama dagu gua dah nanti yang kena sialan.
Udah kena pipi, dahi... berarti sisanya tinggal dagu kan?
“Hah ... akhirnya lu denger gua juga. Lu gak apa-apa kan? Masih bisa jalan kan? Kita harus cepat keluar dari sini.” ucap seseorang yang ada di depan gua sekarang dengan tergesa-gesa. Sedetik kemudian, barulah gua sadar kalau misalnya gua masih ada di pangkuannya. Sebagai refleks, gua langsung terperanjat dari posisi sandaran gua dan bersiap-siap untuk mengikutinya.
“Iya ....” jawab gua lesu. Sekuat tenaga, gua coba untuk berdiri. Namun naasnya, kaki gua tiba-tiba terasa keram yang membuat gua terhuyung ke depan. Alhasil, si Andreas harus terkena imbasnya. Tapi, apa yang gua pikirkan malah tak terjadi. Sebaliknya, dia malah gak tersungkur dan dia sekarang dalam posisi plank untuk menahan beban tubuhnya sendiri. Eh ralat... maksud gua dia jadinya menahan beban tubuhnya dan beban tubuh gua juga. Karena gua kan pas di belakangnya saat gua kehilangan keseimbangan tadi.
Wow... fast respon banget ya.
Setelah beberapa detik kami berada dalam posisi yang tidak mengenakkan ini, akhirnya gua memutuskan untuk berdiri duluan. Yang untungnya kali ini berhasil untuk gua lakukan tanpa kehilangan keseimbangan gua seperti yang barusan terjadi. Si Andreas juga sudah berdiri dengan tegap dan tengah menatap gua dengan perasaan khawatir yang tercetak jelas di wajahnya.
“Hati-hati lain kali.” ucapnya pelan yang gua balas hanya dengan anggukan lemah. Secara tiba-tiba, ia berjalan ke arah gua dan tebak apa yang terjadi???
Dia meluk gua.
Tubuh gua pastinya langsung menegang karena gua gak terbiasa dengan yang namanya skin contact. Apalagi dengan seorang pria yang barusan gua kenal. Namun setelah ia tepuk-tepuk punggung gua, tubuh gua rasanya langsung melting saat itu juga dan tangan gua langsung membalas pelukannya dengan erat.
“Ayo cepetan!” teriak seseorang dari arah belakang kami. Sepertinya... gua juga kenal dengan suara ngegas ini. Tapi gua masih gak terlalu yakin juga karena pusing yang ada di kepala gua sekarang ini.
DORRR
DORRR
DORRR
“Jika kalian pikir kami akan membiarkan kalian pergi dengan seenaknya, maka kalian salah besar.”
ARGH SIALAN!!!! KENAPA DIA HARUS NGEHALANGIN SIH?!!!!!
“Wah ... gila sih Bang ... gak nyangka gua. Ternyata lo yang selama ini jadi dalangnya. Kecewa gua, Bang.” ucap si Andreas dengan agak lesu. Namun, badannya yang tertunduk lesu tak bertahan lama karena sejurus kemudian, dia langsung menegapkan pundaknya dan mendatarkan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✓Let's meet in the next life✓
RomanceJudul sebelumnya: I'm waiting for you Cup Maaf jika aku sudah lancang kalau sudah menciummu tanpa izin. Gua akan anggap ini sebagai hadiah terakhir gua di dunia ini, sebelum gua pergi. Hah... Gua kira kita akan menerima happy ending. Tapi tidak s...