Trimarta Production yang terus Nadya sebut hingga kemarin, kembali memenuhi isi pikiran Laras hingga keesokan harinya. Nama perusahaan itu sebenarnya sudah tidak asing lagi di telinga Laras sejak masa kuliah. Secara pemilik event partner itu sendiri adalah teman seangkatan Laras dan teman-temannya itu saat SMA, yaitu Arya, Revan, dan Farel. Sebelumnya, Laras hanya mengetahui jika Trimarta Production mengerjakan proyek-proyek pensi sekolah-sekolah di Kota Bandung. Dari hasil pencariannya mengenai Trimarta Production sejak tadi malam, Laras menemukan fakta yang cukup mengejutkan. Trimarta ternyata kini menjadi anak perusahaan dari Trimarta Group yang menaungi dua perusahaan lainnya, yaitu Nusa Coffee dan Studio A. Perusahaan yang sudah berdiri selama hampir delapan tahun itu ternyata berkembang cukup pesat.
"Ras, rumah Rika yang mana? Papa lupa," tanya Indra, sang ayah, dari balik kemudi pada Laras yang duduk di belakang.
Laras yang sejak tadi tenggelam dalam pikirannya pun melihat ke sekitar dan ternyata dirinya sudah memasuki komplek perumahan Rika, "Masih lurus, Pa. Nanti belok pas belokan kedua."
Laras bisa berada dalam satu mobil dengan kedua orang tuanya karena dirinya menemani sang ibu datang ke pengajian yang diadakan di sebuah masjid di daerah Jalan Gatot Subroto pagi tadi dan sang ayah datang untuk menjemput. Sejak duduk di bangku SMA, Laras memang kerap kali ikut dengan ibunya hadir ke pengajian yang biasanya dilaksanakan setiap hari Minggu itu. Dan karena kebetulan hari ini dirinya memiliki janji dengan Rika, Laras pun meminta sang ayah sekalian mengantarnya ke rumah sahabatnya itu.
"Nanti mau Papa jemput atau gimana?" tanya Indra pada putrinya.
"Laras pulang sendiri aja, Pa," balas Laras sembari mengeluarkan Al-Qur'an dalam tasnya supaya tidak berat. Perempuan yang kini mengenakan blouse putih yang dipadukan dengan kerudung segi empat dan kulot berwarna mauve itu pun kemudian berpamitan sebelum turun dari mobil.
Di akhir pekan seperti ini, ayah, ibu, dan kakak laki-laki Rika, semuanya ada di rumah. Keluarga Rika yang memang sudah mengenal baik Laras dan yang lainnya pun menyambut kedatangannya dengan hangat, mengingat betapa seringnya dirinya bermain di rumah Rika. Saat Laras mengikuti sang pemilik rumah ke ruang tengah, ia menemukan Mutia yang sudah duduk di atas sofa. Nadya juga mungkin sebentar lagi sampai. Sementara Salsa yang memiliki bayi berusia delapan bulan tentunya tidak bisa diburu-buru untuk datang karena banyak yang perlu perempuan itu siapkan sebelum pergi. Ini yang selalu membuat Laras kagum pada Salsa, sahabatnya itu selalu membawa Luna kemanapun dirinya pergi.
"Beneran, deh, gue enggak bosen ketemu sama kalian," canda Nadya bergabung dengan teman-temannya itu di ruang tengah rumah Rika.
"Enak banget, ya, lo nyelonong masuk kayak rumah sendiri," Mutia jengah pada Nadya.
Nadya menyusul duduk di samping Rika dan kemudian merangkulnya, "Lo nggak tau? Rumah Rika itu rumah kedua gue. Ya, nggak, Ka?"
Rika menoleh pada Nadya kemudian tertawa pelan, "Iya, Nad."
Lima belas menit tenggelam dalam obrolan seputar kabar teman-teman SMA, suara klakson mobil terdengar dari halaman rumah Rika. Keempat perempuaan berhijab yang tadinya sedang asyik bertukar obrolan itu pun langsung menoleh ke arah pintu masuk. Rika, sang tuan rumah, langsung beranjak dari duduknya menuju pintu masuk. Dari ruang tengah, Laras dan yang lainnya bisa melihat kedatangan Salsa bersama sang suami yang membawakan tas keperluan Luna di sampingnya. Eddy yang menemukan sahabat-sahabat istrinya itu di ruang tengah pun melambaikan tangan. Laras, Nadya, dan Mutia pun membalasnya dengan anggukan dan senyum. Sementara Luna yang ada dalam gendongan Salsa sibuk memainkan jari-jarinya.
"Sekalian pada makan siang di sini aja, ya. Nggak pada lagi buru-buru, kan?" tanya Tante Susi, ibu Rika, mendapati kedatangan Salsa.
"Saya, kan, baru dateng, Tante. Siap-siapnya aja lama, masa saya langsung pulang," balas Salsa yang kemudian bergabung bersama teman-temannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
To you.
ChickLit[Daftar Pendek Wattys 2022] Laras baru saja berhenti dari pekerjaannya setelah kontrak kerja tiga tahunnya berakhir. Menginjak usia 27, Laras masih ingin mencari tahu banyak hal tentang dirinya sendiri. Masih banyak mimpi-mimpinya untuk orang-orang...