Disibukkan dengan pekerjaannya selama beberapa bulan terakhir ini, Arya seakan lupa dengan keberadaan kedua sahabatnya yang juga berbagi ruangan setiap hari dengannya di kantor. Tak berbeda jauh dengan Farel dan Revan yang juga sama-sama sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Bersinggungan di kantor membahas masalah pekerjaan tentu sangatlah berbeda dengan hubungan pertemanan mereka yang jauh lebih kasual. Merasa sudah terlalu lama tidak menghabiskan waktu bersama sahabat-sahabatnya, Revan yang sudah merindukan keberadaan kedua sahabatnya di apartemennya itu pun memanfaatkan kesempatan knonton bareng sebagai alasan untuk berkumpul kali ini. Beruntung kerena Arya dan Farel langsung menyetujuinya tanpa berpikir dua kali.
Apartemen Revan memang dijadikan basecamp untuk dirinya berkumpul bersama dua sahabatnya itu. Sebelum pindah ke tempat tinggalnya masing-masing seperti sekarang, Arya dan Farel ikut tinggal bersama di apartemen Revan. Merantau ke ibu kota tentu menjadi peralihan yang sangat besar bagi mereka yang terbiasa bekerja dengan santai. Ibu kota terasa berlalu begitu cepat bagi mereka yang belum terbiasa bekerja dengan mobilitas yang tinggi. Walaupun Bandung dan Jakarta sama-sama kota, taraf hidup kedua kota besar itu jelas tidak sama. Saat Arya dan kedua sahabatnya itu baru saja pindah ke ibu kota untuk mengembangkan Trimarta menjadi lebih besar lagi, banyak yang ketiganya korbankan hingga hari ini Trimarta sudah mulai stabil.
Sampai di apartemen seusai jam kantor, Revan membiarkan kedua sahabatnya yang kini sudah merebahkan tubuh di atas sofa. Bagaimana pun, tempat ini juga pernah menjadi rumah bagi Arya dan juga Farel. Menyalakan layar televisi, Revan meminta kedua sahabatnya itu menunggu sebentar sementara dirinya beranjak menuju dapur untuk mengambil beberapa camilan dan minuman ringan yang akan menemani mereka menonton siaran sepak bola. Tidak mendengar suara apapun ketika dirinya meninggalkan kedua sahabatnya itu ke dapur yang jaraknya pun tak sampai tiga meter, Revan merasa ini benar-benar aneh. Walaupun tidak sedekat dirinya dan Arya, Revan tahu jika Arya dan Farel memiliki banyak kesamaan yang membuat mereka mudah dekat.
Kembali dari dapur menuju ruang tengah dengan beberapa camilan dan tiga kaleng minuman ringan di tangannya, Revan benar-benar tidak mengerti ketika menemukan kedua sahabatnya itu malah tampak seperti dua orang asing yang tidak pernah saling mengenal sebelumnya. Sudah berpindah duduk di atas karpet, keduanya sama-sama sibuk dengan ponsel masing-masing dengan jarak yang lagi-lagi membuat Revan bertanya-tanya. Tidak seperti biasanya mereka menggunakan ponsel masing-masing cukup lama ketika bersama. Mereka terkesana melakukannya untuk menghindari satu sama lain. Jika diingat-ingat, Arya dan Farel juga tidak terlalu banyak bersinggungan di kantor untuk keperluan pekerjaan. Interaksi kedua sahabatnya itu cukup tidak biasa. Ada yang tidak beres di sini.
"Kita di sini mau sibuk sama hp masing-masing atau mau kumpul, sih, sebenernya?" tanya Revan mendekat ke meja untuk menaruh makanan dan minuman yang ada di tangannya itu kemudian menyusul duduk di atas karpet bersama kedua sahabatnya itu.
Walaupun Arya dan Farel kini sudah melepas ponsel dari tangannya masing-masing, Revan masih tidak mendapat balasan apapun dari keduanya. Jelas keduanya kini juga sedang mengabaikan dirinya yang tidak mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi di antara mereka berdua. Namun, setelah mengamati bagaimana keduanya saling mendiamkan satu sama lain lebih lama lagi, Revan seakan mendapat jawaban.
Farel bukan tipe yang selalu diam dan cuek dengan seseorang di sekitarnya, ditambah orang itu adalah Arya. Sahabatnya yang satu itu jelas jauh dari definisi kata kalem. Sementara Arya memang tipe yang pendiam jika ada sesuatu yang mengganggunya atau bahkan membuatnya tidak senang. Berbekal dengan pengalamannya mengenal kedua individu yang ada di hadapannya itu cukup lama, Revan jatuh pada kesimpulan bahwa ketegangan ini diciptakan oleh Arya.
"Lo berdua kenapa, sih?" tanya Revan menatap kedua sahabatnya itu bergantian.
Mata Arya bergerak menatap layar televisi, menghindari tatapannya. Tak berbeda jauh dengan Farel yang juga mengabaikan pertanyaannya dengan membuka tutup kaleng minuman ringannya. Memejamkan mata menahan kesal, Revan sudah tidak tahan lagi dengan kedua sahabatnya kini yang malah bertindak kekanakan. Tangan kanannya bergerak meraih remote tv dan mematikan layar televisi kemudian merebut paksa minuman ringan yang hendak Farel teguk dari tangan lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
To you.
ChickLit[Daftar Pendek Wattys 2022] Laras baru saja berhenti dari pekerjaannya setelah kontrak kerja tiga tahunnya berakhir. Menginjak usia 27, Laras masih ingin mencari tahu banyak hal tentang dirinya sendiri. Masih banyak mimpi-mimpinya untuk orang-orang...