14

3.2K 380 3
                                    

"Is it clear, Ar?" tanya Laras pada akhirnya memecah keheningan di antara mereka.

Arya yang sebelumnya masih tenggelam dalam pikirannya sendiri itu pun mencoba menemukan kedua bola mata Laras. Melihat tidak ada keraguan di balik mata kecoklatan itu, Arya jelas tahu jika Laras memang benar-benar serius dengan perkataannya. Dan entah kenapa, mendengar penjelasan perempuan di hadapannya itu saja Arya sudah merasa kecewa. Seharusnya, ia juga merasa lega seperti yang Laras rasakan karena akhirnya persoalan dari masa lalu mereka terselesaikan. Dibanding merasa lega, Arya malah merasa tidak terima dengan hasil akhirnya. Laras seakan sedang melepas dirinya, merelakan dirinya. Dan Arya tidak menyukai fakta itu.

Arya kira, tujuan Laras yang akhirnya mengungkapkan perasaan padanya setelah bertahun-tahun lamanya itu adalah supaya mendapat balasan perasaan darinya. Namun, nyatanya tidak. Jika dulu Laras selalu mencoba menarik perhatiannya dengan berbagai cara, Laras yang saat ini berdiri tepat di hadapannya itu malah sedang menciptakan jarak yang bahkan sebelumnya tidak ada. Laras sedang mendorongnya keluar dari kehidupan perempuan itu. Dan Arya jelas tahu jika dirinya tidak bisa melakukan apapun dengan yang satu itu.

Walaupun semalam Laras tampak sangat kacau, kini perempuan itu benar-benar tak menampakkan keraguannya. Sebenarnya, apa saja yang sudah Laras lalui hingga tampak kokoh dan tenang dalam menghadapi situasi seperti ini? Pertanyaan itu terus berputar di kepala Arya sejak hari itu. Jarak di antara dirinya dan Laras pun semakin terasa. Bukan jarak dalam arti memberi ruang berjauhan saat keduanya berada di dalam ruang yang sama, tetapi Arya lebih merasa bahwa dirinya harus melewati sesuatu yang menghalangi terlebih dahulu ketika menjangkau Laras. Perempuan itu memberi penghalang untuk dirinya masuk lebih dalam ke kehidupan perempuan itu.

Arya juga semakin mempertanyakan apa yang salah dengan dirinya. Sesuatu dalam hatinya seakan mudah terpancing dengan setiap tindakan Laras yang mencoba menjauh darinya. Ia tidak suka dengan situasi yang sedang dialaminya dengan Laras ini. Arya merasa terganggu dengan Laras yang tampak biasa-biasa saja ketika berhadapan dengannya dan menjalani harinya seperti biasa. Laras tampak baik-baik saja setelah 'melepasnya'. Arya semakin hilang akal dengan yang satu itu karena di sini dirinyalah yang merasa tidak baik-baik saja. Arya sudah tidak bisa lagi mengelak bahwa Laras berhasil menarik perhatiannya beberapa hari terakhir ini.

"Kalo nggak ada lagi yang perlu dibicarain, gue permisi, Ar," ucap Laras beranjak dari duduknya.

"Laras," panggil Arya yang langsung menghentikan gerak Laras untuk beranjak keluar dari ruangannya.

Laras kembali memutar tubuhnya menghadap Arya dengan kedua alis terangkat.

"Gue nggak bisa kayak gini, Ras," lanjut Arya menumpukan kedua sikunya di atas lututnya.

"Hah?" tanya Laras bingung.

Arya mendongakkan wajahnya menatap Laras, "Emang lo nggak ngerasa kita lebih berjarak sekarang?"

Laras malah tersenyum kecil kemudian kembali duduk di sofa yang berseberangan dengan Arya, "Bukannya lebih baik kayak gini, ya, Ar, untuk sekarang?"

"Gue mggak suka, Ras. I mean, waktu kita ketemu lagi, everything was fine. Dan sekarang, lo ke gue kayak lebih menutup diri, Ras," jelas Arya.

Arya memang cukup blak-blakan dengan sesuatu yang mengganggunya. Laras juga pernah mendengar dari Nadya yang juga menjadi tempat Arya berbagi cerita, mengenai yang satu itu. Sempat kehilangan Arya yang satu itu, Laras juga sedikit kewalahan menghadapi kejujuran lelaki itu. Di dalam benaknya, Laras bertanya-tanya dengan apa yang kali ini sedang Arya coba utarakan sesungguhnya.

"Terus lo sekarang maunya gimana?" tanya Laras kemudian. Kali ini ia bersusah payah untuk mengendalikan dirinya agar tampak tenang menghadapi Arya yang tampaknya sedang hilang arah.

To you.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang