38

2K 212 0
                                    

Laras sebenarnya masih bingung bagaimana dirinya bisa berakhir di tempat ini bersama tujuh orang lainnya yang tampak biasa-biasa saja, sangat berbeda jauh dengan dirinya yang merasa asing. Laras kemudian mencoba mengurutkan ingatannya sejak tadi pagi hingga ia bisa sampai di sini. Adel yang semalam mengetahui jika Angga pergi ke Jakarta, menyusul keesokan paginya dengan travel. Kemudian, saat Angga kembali dari travel pool setelah menjemput Adel, Arya yang memang sudah memiliki janji dengan Laras sampai di rumah di waktu yang bersamaan dengan kedatangan Bagas. Laras sama bingungnya dengan Alya ketika dua lelaki itu datang bersamaan. Laras tidak tahu jika Alya juga akan menghabiskan akhir pekannya dengan Bagas, begitu pun sebaliknya.

Om Arif dan Tante Wiwit sebagai tuan rumah pun kelimpungan saat kedatangan tiga tamu yang sama sekali tidak disangka akan datang pagi itu. Om Arif dan Tante Wiwit hanya saling tatap, kebingungan saat ketiga tamu itu mencium tangan mereka secara bergantian. Hal itu juga tidak berbeda jauh dengan Aga yang menghentikan langkahnya di ujung anak tangga menatap ruang tamu rumahnya dengan penuh tanya. Dengan kaus oblong dan celana pendek, serta rambut yang masih berantakan, jelas Aga baru saja bangun dari tidurnya.

"Kenapa kalian perginya enggak bareng aja ke satu tempat?" saran Om Arif kemudian.

Aga yang kebingungan pun bertanya menatap tiga sepupunya yang sudah berpakaian rapi dan siap untuk pergi bergantian. "Loh, pada mau pergi?"

Om Arif kemudian menoleh pada anak bujangnya itu yang masih lengkap dengan kaos oblong dan celana pendek. "Kamu sekalian ikut, Bang. Ajak Citra sekalian."

"Hah?" celetuk Alya.

"Citra?" tanya Laras yang merasa asing dengan nama itu.

Laras dan Alya yang tadinya saling tatap, sontak menoleh menatap Aga bersamaan ketika mengetahui fakta yang cukup mengejutkan tersebut kemudian bertanya dengan pertanyaan sama sama bersamaan.

"Abang punya pacar?"

"Loh, Aga punya pacar?"

Aga mengabaikan dua perempuan itu dan berlalu menuju dapur. Namun Laras dan Alya tentu sudah mendapat jawabannya. Aga bukan tipe yang suka mengumbar kehidupan pribadinya, bahkan di depan keluarganya. Lelaki itu sudah terbiasa membiarkan waktu yang menjelaskan semuanya, termasuk yang kali ini. Mata Laras kemudian melirik pada sang adik yang mencoba terlihat biasa sembari menahan tawa.

"Kamu udah tau Aga punya pacar?" tanya Laras pada Angga yang duduk di seberangnya itu.

"Biasa, lah, Mbak. Boys talk," balas Angga terkekeh setelahnya mencairkan suasana.

Aga kemudian kembali memunculkan diri dan bersandar pada tembok yang memisahkan ruang tamu dan dapur dengan satu lembar roti di tangannya. "Emang pada mau ke mana?"

Semua terdiam, tak ada yang menjawab pertanyaan Aga.

"Mending kamu siap-siap dulu, biar mereka yang mutusin mau kemana," ujar Om Arif menengahi.

Aga menurut. Lelaki itu kemudian berlalu kembali ke dapur mengambil satu lembar roti sebelum akhirnya menaiki anak tangga menuju kamarnya.

"Jangan lupa ajak Citra!" seru Om Arif pada putra satu-satunya itu.

Tiga puluh menit berlalu, suara langkah sepatu terdengar dari arah tangga di mana kini Aga berada. Lelaki yang sedang menuruni anak tangga itu menghentikan langkahnya di ujung anak tangga. Aga sedang mencoba mengenakan jaket jinnya dengan satu tangannya karena satu tangannya lagi tengah sibuk memegangi ponsel di telinganya. Samar-samar, obrolan Aga dengan seseorang di seberang sana terdengar. Lelaki itu sedang dalam panggilan dengan Citra.

"Kita jadinya mau pergi ke mana, sih?" tanya Aga menyusul ke ruang tamu di mana sepupu-sepupunya berkumpul menunggunya, masih dengan ponsel di telinganya.

To you.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang