"Laras, look at me," pinta Arya yang kemudian mendapatkan perhatian seluruhnya dari Laras. "Kamu perlu tau kalo selama ini aku nggak punya target apapun untuk aku capai buat diri aku sendiri. Aku cuma jalanin apa yang ada di hadapan aku, termasuk keinginan aku buat beli rumah. Itu juga baru ada setelah aku sama kamu."
Laras bisa menemukan keyakinan dari balik mata Arya. Lelaki di hadapannya itu memang tidak sedang bermain-main dengannya, dengan hubungan mereka.
"I know this is still too far to bring up about this topic but I have that dream to live with you the rest of my life, Ras. Untuk pertama kalinya, aku punya keinginan yang bener-bener aku mau wujudkan. Dan karena kamu udah tau apa yang lagi aku usahakan, aku juga pengen tau sebenernya apa, sih, yang lagi kamu coba capai?" tanya berhati-hati.
Laras terdiam sesaat, mengumpulkan keberaniannya untuk memberi tahu rencananya pada Arya. "Aku punya tabungan cukup besar yang aku kumpulin sejak pertama kali aku dapet pekerjaan tetap, Ar. Tadinya, mau aku pake buat nambahin tabungan haji Papa sama Mama supaya mereka bisa berangkat lebih cepet. Tapi yang namanya Papa sama Mama, niat aku itu ditolak dengan alasan aku harus ngutamain keinginan aku terlebih dulu baru mereka."
Arya akhirnya tahu alasan Laras yang selalu memiliki keputusannya sendiri dalam memilih.
"Aku juga punya beberapa wishlist lain yang ingin aku capai untuk diri aku sendiri, tapi setelah berhasil berangkatin Papa sama Mama haji. Sampe sekarang aku belum bisa nyelesein urusan aku karena aku emang belum kasih keputusan apapun, Ar," lanjut Laras.
"Aku boleh tau wishlist kamu apa?" tanya Arya kemudian.
"Aku pengen punya rumah atau kendaraan buat diri aku sendiri," balas Laras yang kemudian baru teringat sesuatu. "Oh, satu lagi, Ar, yang paling penting, Loka Fest. Aku pengen Loka Fest bisa berhasil dulu. Baru, aku bisa tenang pulang ke Bandung buat bicarain itu lebih lanjut lagi ke Papa sama Mama."
Dari obrolannya dengan Laras pekan lalu itu, Arya menjadi paham Laras yang begitu bekerja keras demi keberhasilan Loka Fest. Perempuan yang dirinya dapati kini sedang berkeliling dari satu meja divisi ke meja divisi lainnya itu memiliki skala prioritas yang bisa sangat dimengerti. Loka Fest yang akan diselenggarakan kurang dari dua bulan lagi itu menjadi prioritas nomer satu Laras sebelum perempuan itu mewujudkan rencana berikutnya. Arya juga sangat paham dengan alasan Laras menaruh dirinya di prioritas nomer paling akhir. Arya masuk ke kehidupan Laras di saat perempuan itu tengah mengusahakan pencapaiannya sebelum memulai lembaran hidup yang baru. Laras ingin menjadikan dirinya prioritas utama, tapi setelah perempuan itu menyelesaikan semua urusannya satu per satu.
Farel yang hendak membuka pintu ruangan Arya, menemukan sang pemilik ruangan sedang mengamati sesuatu yang ada di luar ruangan dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Menemukan mata Arya tertuju pada Laras, Farel pun menghela napas pelan kemudian membuka pintu ruangan sahabatnya yang satu itu. Arya sempat terperanjat karena dirinya yang masuk ke ruangannya begitu saja sebelum akhirnya lelaki itu melayangkan tatapan bertanya.
"Lo jadi mau ikut visit ke venue nggak?" tanya Farel kemudian.
Arya sontak melirik jam yang melingkar di tangan kirinya. "Sekarang?"
Farel mengangguk jengah. "Lo sendiri tadi yang bilang mau sekalian makan siang dulu."
"Oke, lima menit lagi gue nyusul," balas Arya yang kemudian bergerak meraih jaket dan waist bag-nya sebelum menyusul Farel keluar dari ruangannya.
Sejak pagi tadi, suasana kantor sudah sangat sibuk. Hampir semua penghuni lantai 17 berpindah dari satu meja divisi ke meja divisi lainnya, tak terkecuali Laras dan rekan-rekan satu timnya. Suara telepon berdering yang hampir terdengar setiap lima menit sekali pun sudah menjadi tak asing lagi. Semakin mendekati hari acara dilaksanakan, semua orang di kantor juga pastinya semakin sibuk. Mulai hari ini, Laras dan rekan-rekan satu timnya mulai memeriksa venue untuk memastikan semua kesiapan sudah matang sampai hari pelaksanaan nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
To you.
ChickLit[Daftar Pendek Wattys 2022] Laras baru saja berhenti dari pekerjaannya setelah kontrak kerja tiga tahunnya berakhir. Menginjak usia 27, Laras masih ingin mencari tahu banyak hal tentang dirinya sendiri. Masih banyak mimpi-mimpinya untuk orang-orang...