52

2.4K 216 5
                                    

Untuk mengganti acara makan malam di restoran berbintang yang gagal di akhir pekan sebelumnya, Laras dan Arya memutuskan untuk pergi di tengah-tengah hari kerja tepat saat jam pulang kantor. Hari itu, Laras dan Arya tentu memilih pakaian yang lebih formal dibandingkan hari biasanya. Laras merasa malam itu cukup berbeda karena biasanya mereka pergi makan malam ke restoran cepat saji atau tenda kaki lima di pinggir jalan. Topik mengenai rencana mereka kedepannya menjadi bahan pembicaraan mereka malam itu.

Laras dan Arya merupakan individu yang berbeda yang tentu memiliki kepribadian yang berbeda pula. Sudah sama-sama memiliki pendirian pada diri masing-masing, tentu ada beberapa hal yang tidak bisa diganggu gugat dan perlu dihormati oleh masing-masing. Inilah yang membuat Laras merasa hubungannya bersama Arya sangatlah berbeda dengan hubungan dirinya bersama keluarga atau teman-temannya. Dengan keluarganya, Laras merasa terikat atas hubungan darah dan tinggal satu atap. Dengan teman-temannya, Laras merasa semua bergantung dengan apa yang membuat mereka bisa dekat. Dengan Arya, Laras merasa sedang sama-sama berkompromi dengan lelaki itu. Kompromi yang sesungguhnya tidak berakhir di situ, justru kompromi mereka baru akan dimulai dan akan terus dilakukan sepanjang pernikahan mereka nantinya.

"Can you tell me how you felt about that night since we were supposed to have dinner here?" tanya Arya saat keduanya tengah menunggu pesanan mereka untuk datang.

Ini adalah pertama kalinya Arya menanyakan pertanyaan semacam itu. Laras terdiam sejenak sebelum menjawab, "Pas pulang, Alya juga sempet nanyain pertanyaan semacam itu. Jadi jawaban yang aku kasih ke kamu bakal sama kayak apa yang aku kasih ke Alya."

Laras tersenyum kecil saat menemukan Arya yang kini tampak siap untuk menyimak. Kemudian Laras melanjutkan kalimatnya, "Aku juga punya keinginan untuk dilamar di restoran karena pastinya lebih romantis, Ar. Tapi dilamar sama kamu dengan plot twist kita habis makan sate di dalem mobil malam itu jelas lebih berkesan. We don't need to be like everyone to create our moment, Ar."

Laras tahu cara membahagiakan dirinya sendiri. Salah satunya, dengan tidak berekspektasi pada orang lain yang seringnya berakhir kecewa. Laras tidak pernah menuntut orang lain untuk membahagiakan dirinya, termasuk pada Arya. Saat baru menjalin hubungan dengan Laras, Arya sempat merasa menjadi pasangan yang sepertinya tidak mengambil peran cukup banyak dalam keseharian perempuan itu. Laras sangat pandai dalam menguasai diri dan mengambil keputusan untuk dirinya sendiri. Walaupun kadang merasa dirinya tidak dilibatkan, Arya akhirnya tahu bahwa Laras hanya tidak ingin membebaninya. Laras bukan tipe pasangan yang suka menuntut karena jika perempuan itu menginginkan sesuatu, ia akan segera mengambil langkah sendiri.

"Oh, iya. Aku, kan, telepon Papa sama Mama pas pulangnya. Mereka bilang kalo kamu udah minta izin. Kamu ngomong ke Papa sama Mama-nya gimana?" tanya yang kali ini Laras ingin mendengar cerita dari sudut pandang Arya.

Arya ingat betul rasa gugup yang ia rasakan saat akan menghubungi orang tua Laras untuk melamar putri sulung mereka satu hari sebelumnya. Melewati proses pendewasaan seiring dengan bertambahnya usia, Arya menyadari jika ada banyak hal dalam hidupnya yang perlu dirinya hadapi dengan serius. Hidupnya adalah tanggung jawabnya. Namun kini, Arya akan dihadapkan dengan tanggung jawab baru yang tentunya tidak akan mudah. Jika ayah Laras memberinya izin, artinya tanggung jawab atas Laras akan berpindah ke tangannya. Sudah berhasil mendapatkan hati orang tua Laras, ketakutan Arya hari itu tak juga usai. Laras sangat berharga di keluarganya. Tentu kedua orang tua Laras tidak akan melepaskan putri sulungnya itu dengan mudah ke sembarang orang. Arya takut jika dianggap tidak pantas oleh orang tua Laras untuk menjadi pendamping hidup putri mereka.

"Aku inget banget tanganku dingin waktu mau nelpon orang tua kamu," ujar Arya mengakhiri cerita gugupnya di hari itu pada Laras.

Laras tertawa pelan. "Tapi akhirnya kamu dapet izin, kan, dari Papa sama Mama?"

To you.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang