Laras dan kedua orang tuanya datang menghadiri pernikahan Mas Dwi dan Mbak Indah yang dilaksanakan di sebuah ballroom hotel pada dua pekan berikutnya. Angga yang sedang sibuk mengurus kelulusannya membutuhkan waktu untuk beristirahat di akhir pekan sehingga terpaksa tidak ikut ke Jakarta. Sebelumnya, Arya sudah menawarkan untuk menjemput ke kediaman Om Arif dimana kedua orang tuanya ikut menginap, namun Laras tentu menolak karena akan merepotkan lelaki yang sudah berada di hotel sejak satu hari yang lalu itu. Laras juga tidak ingin mengganggu waktu Arya dengan keluarganya di hari istimewa ini. Dengan begitu, Laras pergi bersama kedua orang tuanya dengan mobil yang disetir oleh ayahnya.
Sampai di lobi hotel, Laras hanya menghela napas pelan ketika menemukan Arya sedang berdiri menunggu tak jauh dari meja resepsionis. Lelaki itu tampak sangat berbeda dengan setelan blazer formal berwarna abu-abu muda yang merupakan seragam pria di keluarga Arya. Laras tidak salah memilih tunik organza yang sudah dilapisi dengan furing berwarna baby blue kemudian dipadukan dengan rok plisket berwarna senada sebagai outfit-nya hari ini. Senyum kecil di wajahnya kembali tertarik begitu mendapati rambut Arya yang biasanya menutupi mata, kini tampak lebih rapi setelah dicukur.
"Om, Tante," sambut Arya mencium tangan kedua orang tua Laras.
"Kamu, padahal nggak usah repot-repot ke lobi, Ar," ujar Laras pelan sembari mendekat ke samping Arya.
"Aku nggak enak sama orang tua kamu, Ras," balas Arya berbisik.
Tak ingin melanjutkan debat dengan Laras, Arya menatap jam di pergelangan tangannya kemudian melangkah mendekati kedua orang tua Laras. "Om, Tante, kita ke atas sekarang, ya? Akadnya udah mau dimulai."
"Oh, iya. Boleh, Nak Arya," balas Indra kemudian.
Mempersilakan kedua orang tua Laras berjalan terlebih dahulu, Arya hendak menyusul tepat di belakangnya. Sebelum itu, Laras bergerak cepat menahan lengan lelaki itu untuk membuat jarak dari kedua orang tuanya supaya ada ruang dirinya untuk mengobrol dengan lelaki itu.
"Kamu, kok, nggak bilang-bilang potong rambut?" tanya Laras pada Arya.
Arya sempat bingung dengan Laras yang menjadi lebih sering menanyakan hal-hal kecil seperti ini. "Dadakan juga ini semalem diajak Papa ke barbershop deket sini. Kenapa? Kamu nggak suka rambutku dipendekin?"
Kini, Laras yang dibuat bingung. "No, I'm okay with this and I'm also okay with the previous hairstyle. I'm just a little bit surprised. I met the old Arya."
Arya tertawa pelan merasa sedikit lega sebelum kemudian kembali bertanya, "So, do you like it?"
Laras menatap Arya yang berjalan di sampingnya dengan senyum kemudian mengangguk pelan. "As long as you are comfortable with it."
Arya merasa waktunya terhenti beberapa saat ketika Laras memberi senyum padanya. Senyum simpul perempuan itu tampak manis dengan kedua matanya yang menyipit. Dari sorot matanya, Arya menemukan jika Laras memang benar-benar tulus. Binar mata itu jelas tidak Arya temukan saat dirinya dan Laras duduk di bangku SMA. Perempuan itu jelas sudah bergerak sangat jauh sejak saat itu.
Laras yang dulu pergi ke sekolah mengenakan kacamata dengan bingkai hitam itu cenderung menarik diri walaupun sangat aktif di kegiatan sekolah. Mengerjakan pekerjaannya dengan baik di setiap kegiatan non-akademik di sekolah, dulu Laras bukan pribadi yang mudah terbuka dengan orang lain. Perempuan itu sangat mahir menutup dirinya rapat-rapat. Bisa dikatakan itu adalah bentuk perlindungan diri. Laras adalah tipe yang cenderung menghindari konflik sehingga terkadang perempuan itu terkadang melewatkan interaksi yang sekiranya dirasa tidak terlalu dibutuhkan. Kemampuan interpersonal Laras benar-benar buruk saat itu.
Arya jelas penasaran mendapati perubahan yang sangat jauh dari sosok Laras yang dirinya kenal di masa lalu dan Laras yang dirinya kenal di masa sekarang. Lelaki itu pun bertanya langsung pada Laras di sebuah kesempatan. Arya bertanya tentang apa yang membuat perempuan itu bisa bergerak sangat jauh, tentunya ke arah yang jauh lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
To you.
ChickLit[Daftar Pendek Wattys 2022] Laras baru saja berhenti dari pekerjaannya setelah kontrak kerja tiga tahunnya berakhir. Menginjak usia 27, Laras masih ingin mencari tahu banyak hal tentang dirinya sendiri. Masih banyak mimpi-mimpinya untuk orang-orang...