57

2K 249 27
                                    

Pelaksaan pensi sudah di depan mata. Sudah satu minggu ini pula Laras ditemani seluruh anggota timnya di Bandung untuk membantu Roro dan Andini dalam persiapan pensi. Di tengah-tengah kesibukannya itu, Laras bersama rekan-rekan satu timnya itu menyempatkan waktu untuk beristirahat sejenak setelah melalui hari yang panjang. Malam ini, mereka berencana berkumpul di toko kue milik Dyra sekaligus memenuhi ajakan perempuan itu untuk berkunjung.

Toko kue yang sempat Laras kunjungi bersama Arya beberapa waktu yang lalu itu memang berlokasi tidak jauh dari sekolah mereka dahulu sehingga masih sering dijadikan tempat untuk berkumpul teman-teman SMA mereka. Mengetahui hal itu, tentu Laras yakin dirinya tidak hanya akan bertemu Arya dan rekan-rekan satu timnya namun juga wajah-wajah lainnya yang sudah ia kenal sebelumnya. Laras yang seharian ini bersama Fani tentu tidak datang bersama Arya. Lelaki itu mungkin sudah sampai lebih dulu di toko kue milik Dyra yang sekaligus berfungsi sebagai kedai kopi.

"Aura lo beda, ya, kalo nyetir, Ras," celetuk Fani sembari melepas sabuk pengamannya setelah Laras yang berada di sampingnya berhasil memarkirkan mobilnya.

Laras menoleh dengan dahi berkerut kemudian terkekeh pelan. "Apaan, sih, lo."

"Eh, gue serius, Ras," balas Fani menatap Laras.

"Udah, yuk, turun. Pasti yang lain udah pada nungguin di dalem," balas Laras yang baru saja menutup kembali sun visor di hadapannya setelah berhasil merapikan kerudung hitam yang membalut kepalanya itu.

Turun dari mobil, Laras merapatkan kardigannya saat udara sejuk Kota Bandung di malam hari menerpa kulitnya. Memastikan Fani sudah berada di sampingnya, Laras kemudian mengunci mobil milik ayahnya itu sebelum melanjutkan langkahnya dengan Fani di sampingnya menuju pintu masuk. Toko kue milik Dyra yang Laras kenal dulu bukanlah toko kue yang kini tepat berada di hadapannya itu. Laras juga baru mengetahui jika toko kue bernama Peace of Cake itu berpindah lokasi saat beberapa waktu lalu Arya mengajaknya mampir kemari. Peace of Cake yang kini jauh lebih luas dengan halaman belakang yang langsung menyajikan pemandangan Kota Bandung dari ketinggian.

"Welcome to Peace of Cake!" sambut Dyra yang berada di balik meja kasir.

Laras menyambut Dyra dengan senyum. "Hai!"

"Wah, toko lo makin gede, ya. Terakhir, gue masih ke toko lo yang di Cihapit," ujar Fani pada Dyra.

Dyra tersenyum. "Alhamdulillah. Eh, lo berdua pada mau pesen apa?"

"Lo mau pesen apa, Fan?" Laras malah pada Fani yang masih setia berada di sampingnya itu.

"Gue pengen cinnamon croissant sama matcha latte aja, deh," balas Fani beberapa saat kemudian setelah melihat menu yang tergantung di dinding di balik punggung Dyra.

Dyra mulai memasukkan pesanan Fani pada layar tablet di hadapannya itu. "Oke, cinnamon crioissant satu. Matcha latte-nya mau hot atau ice?"

"Oh, iya, hot aja, Dyr," balas Fani kemudian.

"Oke. Lo, Ras?" tanya Dyra yang kemudian beralih pada Laras.

"Hmm... Gue hot cappuccino satu, strawberry shortcake satu," balas Laras.

"Oke. Berarti hot matcha latte satu, hot cappuccino satu, cinnamon croissant satu, sama strawberry shortcake satu. Ada tambahan lagi?" tanya Dyra memastikan.

Laras menggeleng pelan. "Udah, itu aja dulu."

"Totalnya jadi seratus lima pulug lima ribu seratus rupiah," ujar Dyra menatap Laras dan Fani bergantian setelah memeriksa total pembayaran yang harus dilakukan di layar tabletnya.

To you.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang