49

1.9K 230 7
                                    

Laras menatap gerbang sekolah yang kini tepat berada di hadapannya dengan takjub. Sudah lama sekali sejak terakhir kali dirinya menginjakkan kakinya di sekolah ini. Dalam ingatannya, terakhir kali Laras berkunjung ke sekolah ini adalah lima tahun lalu saat dirinya masih berkuliah di Bandung. Setelah pindah ke di ibu kota untuk mencari pudi-pundi rupiah, pulang ke Bandung saja perlu diingatkan orang tuanya dan pemikiran untuk datang berkunjung ke sini tentu tidak pernah terlintas dalam benaknya. Kedua bola mata Laras masih mengamati bangunan sekolah dengan seksama saat mobil yang dikemudikan Arya memasuki lingkungan sekolah. Kini, Laras menyadari jika wajah sekolah sudah kembali berubah sejak terakhir kali dirinya melewati sekolah ini.

Setelah Arya berhasil memarkirkan mobilnya di tempat yang kebetulan kosong dan tak jauh dari pintu masuk gedung, Laras langsung turun dari mobil sembari menatap sekelilingnya yang sudah berubah itu namun tetap terasa familiar. Waktu masih menunjukkan pukul satu siang dan seluruh siswa masih melaksanakan kegiatan belajar di kelasnya masing-masing, termasuk perwakilan panitia pensi yang akan mereka temui nanti. Laras dan Arya yang mendapat izin dari piket untuk masuk ke area sekolah, memutuskan untuk menunggu di kantin sekolah namun keduanya langsung memelankan langkah mereka. Seorang wanita paruh baya yang tentunya Laras dan Arya kenali menghentikan langkah tepat di hadapan mereka.

"Laras, kan, ya?" tanya wanita paruh baya itu memastikan ketika Laras berhenti tepat di hadapannya.

Laras tersenyum kecil sebelum meraih tangan kanan wanita paruh baya itu. "Iya, Ibu. Bu Hannah apa kabar?"

"Alhamdulillah, Nak," balas Bu Hannah yang kemudian menyadari Laras tidak datang sendirian. "Eh, Arya, kan?"

"Iya, Ibu," balas Arya turut menyalami tangan Bu Hannah.

"Ini pada ngapain ke sekolah?" tanya Bu Hannah kemudian.

"Mau ada rapat sama anak-anak panitia pensi, Bu," balas Laras.

Bu Hannah mengangguk paham kemudian menatap Arya kembali. "Arya juga?"

Arya mengangguk. "Iya, Bu."

"Sekarang pada kerja di mana emang?" tanya Bu Hannah kemudian.

"Saya kerja di bidang event partner, Bu, namanya Trimarta. Yang punyanya Arya," jelas Laras.

"Wah, keren, atuh. Nyambung, ya, sama pengalaman kalian jadi panitia pensi di sini dulu?" tanya Bu Hannah dengan logat Sunda-nya.

Bersekolah di salah satu SMA berakreditasi A yang juga mendukung penuh kegiatan siswa di luar kurikulum, Laras dan Arya memang memiliki pengalam menjadi panitia pentas seni selama tiga tahun berturut-turut. Jika Arya sempat menjadi kepala bidang di tahun ketiga, Laras menghabiskan tiga tahunnya hanya menjadi anggota divisi sekre yang mengurus id card panitia dan juga tiket pengunjung. Pentas seni yang diselenggarakan setiap tahunnya sebagai tradisi sekolah sejak tahun 1993 ini dulunya hanya bisa dinikmati warga sekolah. Kemudian dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, pensi ini juga bisa dinikmati oleh warga Kota Bandung. Pentas seni di Kota Bandung memang banyak diselenggarakan oleh sekolah-sekolah sebagai ajang yang cukup bergengsi dengan mengundang musisi-musisi ibu kota. Sekolah di mana Laras dan Arya menghabiskan masa remajanya juga menjadi salah satu pensi terbesar dan tersukses dari tahun ke tahun di Kota Bandung.

"Ar, keliling bentar dulu, yuk, sebelum ke kantin!" pinta Laras pada Arya setelah keduanya berpisah dengan Bu Hannah.

"Ngapain?" tanya Arya yang kecewa karena makan siangnya kembali tertunda demi menuruti permintaan wanitanya itu.

"Ya, keliling aja. Sekalian foto juga di lapangan kayak biasa pas SMA. Udah lama juga, kan, nggak ke sini," balas Laras bersemangat.

Sekolah negeri yang berlokasi di Jalan Cihampelas itu memang memiliki spot-spot yang menjadi ikon sekolah, salah satunya adalah pohon raksasa yang berada di area tengah sekolah. Setiap sudut sekolah ini memiliki ceritanya tersendiri bagi seseorang yang pernah singgah di sana, tak terkecuali Laras dan Arya. Walaupun keduanya memang hampir tidak memiliki cerita bersama di sini, sekolah ini tentu menyimpan cerita bagi diri mereka masing-masing.

To you.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang