08

3.9K 472 4
                                    

Hari ini, Laras datang ke kantor lebih awal dari biasanya. Selain karena Om Arif yang mengajaknya berangkat bersama lebih awal, hari ini Laras juga memiliki agenda yang sangat penting. Perempuan yang hari ini memilih mengenakan kemeja kotak-kotak perpaduan warna pink dan putih dengan kulot putih itu akan bertemu langsung dengan Pak Redy dalam meeting nanti. Sampai di meja kerjanya yang masih kosong, Laras menaruh cup kopi yang ada di tangan kanannya itu di atas meja kerjanya. Map dan tas berisi laptop yang ia bawa pun kini sudah tertata rapih di atas meja. Duduk di atas kursinya, Laras langsung menyalakan laptopnya sembari menikmati kopinya.

Dua puluh menit kemudian, Arya datang melewati meja kerjanya. Lelaki itu tentu sudah tidak asing lagi dengan Laras yang selalu datang ke kantor lebih awal sebelum dirinya yiba. Tidak hanya urusan pekerjaan, Laras memang selalu datang tepat waktu ketika ada janji bertemu dengan teman-temannya. Perempuan itu sangat tidak suka membuat orang lain menunggunya. Rasanya akan lebih baik jika dirinya yang menunggu orang lain untuk datang.

"Nih, Ras. Lo minta di-copy sepuluh, kan?" tanya Fani yang baru saja datang dan sudah menaruh hasil cetak sepuluh salinan presentasi mereka untuk meeting hari ini di atas meja Laras.

Laras menerima tumpukan sepuluh salinan tersebut dengan senyum lebar di wajahnya, "Wah, thank you, Fan."

Memasuki jam kerja, kantor Trimarta semakin dipenuhi oleh karyawannya. Laras yang akan menyampaikan presentasinya di depan Pak Redy pun masih mempelajari isi presentasi dengan teliti agar tidak ada detail penting yang perlu disampaikan terlewat nantinya. Bisa dilihat dengan banyaknya coretan di lembaran halaman presentasi di tangannya itu. Setelah menyelesaikan file berisi presentasinya dengan Arya malam itu, keesokan harinya, Laras mendapat banyak masukan dari lelaki itu yang tentunya sangat bermanfaat untuk memperbaiki presentasinya.

"Ras, ruang meeting-nya udah siap. Langsung ke sana sekarang, nih?" tanya Yoga Lelaki itu baru saja kembali dari ruang meeting yang baru saja selesai disiapkan itu.

Laras mendongak kemudian mengangguk, "Ya, udah. Kita langsung ke sana aja."

Meraih lembaran berisi salinan presentasi, Laras kemudian beranjak bersama anggota timnya itu menuju ruang meeting. Laras dan anggota timnya duduk di kursi yang tersedia untuk mereka masing-masing. Menunggu kurang lebih selama lima belas menit, Arya, Farel, dan Revan datang bersama seorang pria paruh baya yang Laras asumsikan adalah Pak Redy dan satu orang lainnya dari Neo Property. Laras dan rekan-rekan satu timnya pun langsung berdiri dari kursinya untuk menyambut kedatangan tamu mereka.

Tidak bisa dipungkiri jika Laras selalu menilai sesuatu dari penampilannya. Melihat penampilan Pak Redy yang cukup santai dengan kemeja abu-abu dan celana bahan hitamnya, Laras menyakini jika pria paruh baya itu memang pribadi yang cukup santai. Pak Redy juga sangat ramah, menyambut hangat ketika berjabat tangan dengan dirinya. Laras sempat bertanya pada Arya mengenai bagaimana sifat Pak Redy karena bagaimana pun ia ingin menyampaikan presentasinya dengan cara yang terbaik agar Pak Redy juga paham betul apa yang ingin timnya sampaikan pada masyarakat melalui pameran properti ini. Terbiasa berbicara di depan umum, Laras juga terbiasa mencoba mengenal target audiennya. Menurut lelaki itu, Pak Redy merupakan tipe yang santai dan cukup terbuka dengan gagasan-gagasan baru anak muda.

"Saya suka dengan konsep acara yang kamu angkat. Kalo boleh tau, kamu dapet inspirasi dari mana?" tanya Pak Redy usai mendengarkan presentasi Laras dan timnya.

Laras yang sedang berdiri menyampaikan presentasinya, melirik ke arah Mas Pandu yang menghindari tatapannya kemudian tersenyum, "Saya punya teman yang akan menikah dan mengalami kesulitan mencari hunian yang tepat untuk mereka. Ide awalnya dari situ, lalu saya sempat baca di file profil acara yang Neo Property berikan bahwa hal itu juga menjadi salah satu yang diperhatikan untuk acara tahun ini. Setelah melalui banyak riset, akhirnya kami yakin bahwa ini adalah informasi yang masyarakat butuhkan."

To you.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang