Sejak hari di mana Laras meminta anggota timnya berkumpul di ruang meeting usai jam istirahat makan siang, semua terasa begitu cepat. Laras dengan ide briliannya membawa teman satu timnya mendalami pencarian mengenai 'House for Newlyweds'. Berawal dari penjelasan Hanif mengenai kondisi Mas Pandu yang sedang mencari hunian untuk ditempati setelah menikah bersama sang calon istri, kepala Laras langsung dipenuhi gagasan tema untuk Property Expo yang menjadi tanggung jawabnya itu. Tidak bisa dipungkiri jika ide brilian biasanya berasal dari permasalahan di sekitar kita dan juga muncul tanpa diduga. Sebut saja the power of kepepet. Sepertinya, Laras juga harus lebih relaks saat mencari ide di kesempatan berikutnya.
Tak jarang juga tim yang dipimpin oleh Laras itu bekerja hingga larut demi menyelesaikan pengumpulan data untuk presentasi agar tepat pada tenggat waktunya. Laras juga seakan tidak membiarkan siapapun menggunakan ruang meeting yang selalu dirinya gunakan bersama timnya itu selama satu minggu terakhir ini. Papan tulis berbahan akrilik yang terpasang di salah satu sisi tembok ruang meeting itu kini sudah dipenuhi foto-foto yang membentuk mood board Property Expo kali ini. Beruntung karena Mas Pandu dan Fani bisa menyelesaikan perencanaan panggung dan keuangan acara dengan cepat.
Bertukar pikir dengan anggota timnya, Laras belum juga merasa yakin dengan talent yang diusulkan akan cocok dengan tema acara. Ketika masalah teknis acara sudah selesai, Hanif masih harus disibukkan dengan membuat daftar talent yang akan mengisi acara, baik talkshow maupun penampilan musik untuk hiburan. Katakan saja jika Laras cukup perfeksionis untuk masalah pekerjaan karena hingga sisa dua hari sebelum presentasi, persetujuan juga belum keluar dari mulut perempuan itu.
"Kalian mending balik duluan aja, deh. Udah lewat jam kantor juga," ujar Laras sembari melirik jam di pergelangan tangan kirinya itu.
"Terus lo?" tanya Yoga.
"Gue masih mau tinggal di sini," balas Laras.
"Kalo ini masih masalah talent, gue juga stay di sini, Ras," ujar Hanif yang merasa tak enak dengan Laras.
Laras menggeleng, "Gue tinggal pilih talent dari list terakhir yang lo kasih, kok. Sorry, ya, kalo gue banyak permintaan."
"No need to apologize, Ras. Itu kerjaan gue," balas Hanif.
"Thank you, then," balas Laras dengan senyum.
"Beneran, nih, Ras, kita pulang aja? Lo yakin nggak apa-apa sendirian?" tanya Fani kembali meyakinkan Laras.
Laras mengangguk kemudian teringat pada sesuatu, "Oh, iya, Mas Pandu, jangan lupa tagih desain kasarnya sama tim desain, ya."
"Siap, Ras. Besok, sih, mereka janjinya. Nanti gue terusin ke lo," jelas Mas Pandu.
Memastikan jika Laras benar-benar baik-baik saja ditinggal sendirian di kantor yang mulai sepi, Fani dan yang lainnya pun akhirnya pamit pulang. Seminggu bekerja bersama Laras, jelas mereka menyadari sifat Laras yang cukup keras kepala. Tak bisa mereka pungkiri pula jika keputusan yang Laras ambil selalu menjadi keputusan yang terbaik. Menurut Mas Pandu, Laras yang masih baru bekerja di dunia perpanggungan itu jelas memiliki ide dan selera yang segar untuk diwujudkan. Laras seakan tidak memiliki batasan dalam berimajinasi, namun, tetap realistis dalam merealisasikan isi kepalanya itu.
Di antara ruangan-ruangan lainnya yang sudah gelap, ruang meeting di mana Laras masih betah menghabiskan waktunya itu masih terang bernderang. Selepas kepergian rekan-rekan satu timnya itu, Laras langsung memusatkan perhatiannya pada layar laptop yang kini menampilkan slide presentasi yang sudah delapan puluh persen selesai. Besok adalah hari di mana Arya akan memeriksa hasil kerjanya sebelum dipresentasikan di depan Pak Redy, pimpinan dari Neo Property yang bertanggung jawab atas proyek Property Expo ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
To you.
ChickLit[Daftar Pendek Wattys 2022] Laras baru saja berhenti dari pekerjaannya setelah kontrak kerja tiga tahunnya berakhir. Menginjak usia 27, Laras masih ingin mencari tahu banyak hal tentang dirinya sendiri. Masih banyak mimpi-mimpinya untuk orang-orang...