Sukses dengan Loka Fest yang menguras banyak tenaga dan pikiran selama enam bulan terakhir ini, seluruh karyawan Trimarta diberi waktu istirahat libur selama dua hari. Suasana kantor pagi ini terasa jauh lebih segar dengan semangat yang baru pula setalah rehat sejenak dari rutinitas pekerjaan. Tak terkecuali Laras yang baru sampai di lantai 17 dengan senyum lebar di wajahnya. Perempuan itu berangkat ke kantor dengan ojek online dan kata kusut sangat jauh dari deskripsi. Suasana hatinya sedang sangat baik sehingga rasa kecewanya karena Arya tidak bisa menjemputnya pagi ini tidak menjadi masalah besar. Ia memiliki banyak waktu untuk bersiap karena bangun lebih awal.
Melewati beberapa kubikel tim lain untuk sampai ke meja kerjanya, Laras membalas sapaan setiap karyawan lantai 17 yang dilewatinya dengan senyum anggukan kecil. Perempuan itu tiba-tiba menghentikan langkahnya ketika kedua bola matanya menemukan tumpukan bingkisan di meja kerjanya. Tidak hanya mejanya tetapi juga meja rekan-rekan satu timnya. Sampai di meja kerjanya, Laras menemukan Fani, Mas Pandu, Yoga, dan Hanif yang sama bingungnya dengan dirinya.
"Kita mau kerja di mana kalo kayak gini?" tanya Fani yang kemudian menghela napas pelan.
"Loh, justru kerjaan kita udah selesai, Fan. Lagian hari ini, kan, kita cuma rapat buat evaluasi aja," balas Laras yang masih berdiri di balik punggung Fani.
"Siapa bilang?" suara Arya yang berasal dari balik punggung Laras menginterupsi. "Sebelum rapat, ke ruangan aku dulu, ya."
Laras tersenyum kaku. "Oke."
Arya kemudian berlalu meninggalkan meja kerja tim Laras menuju ruang kerjanya. Laras menghela napasnya pelan ketika memutar tubuhnya menghadap rekan-rekan satu timnya yang juga tampak pasrah itu. Beranjak ke meja kerjanya, Laras menaruh ice cappuccino-nya di atas meja kemudian menyampirkan blazer putihnya pada sandaran kursi. Perempuan itu menaruh tasnya terlebih dahulu di atas meja sebelum akhirnya menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Tangannya kemudian meraih satu bingkisan di atas meja yang paling dekat dari jangkauannya.
Perempuan itu membuka satu per satu bingkisan yang ada di atas mejanya untuk melihat siapa saja pengirimnya. Ada dari beberapa brand yang bekerja sama dengan Loka Fest, ada juga dari beberapa rekan kerjanya. Sebagian besar dari mereka memberikan ucapan terima kasih dan selamat atas suksesnya Loka Fest. Senyum mengembang di wajahnya ketika menemukan nama keempat sahabatnya di kartu ucapan yang ia raih dari sebuah buket bunga di atas mejanya. Sebenarnya, sahabat-sahabatnya itu bisa saja mengirimnya ke rumah Om Arif.
Usai merapikan bingkisan-bingkisan di atas mejanya terkumpul di satu sudut, Laras beranjak dari kursinya. "Gue ke ruangan Arya, ya. Kalo gue belum balik juga sampe 15 menit sebelum rapat, lo semua bisa ke ruang meeting duluan. Nanti gue nyusul."
"Oke," balas Fani, Mas Pandu, Yoga, dan Hanif serentak. Mereka masih sibuk membuka bingkisan milik mereka.
Laras menggeleng-gelengkan kepalanya maklum sebelum akhirnya melangkah meninggalkan meja kerja timnya. Sampai di depan ruang kerja Arya, Laras mengetuk pintu kaca ruangan lelaki itu pelan. Arya tersenyum dari balik mejanya saat menemukan Laras yang mengetuk pintu ruangannya. Begitu mendapat anggukan pelan dari sang pemilik ruangan, perempuan yang hari memilih turtle neck hitam dengan kulot berwarna senada sebagai pakaian kantornya itu pun masuk.
"Tadi kamu ke mana dulu?" tanya Laras duduk di atas sofa yang berada tepat di tengah-tengah ruang kerja Arya.
"Nah, itu dia," ujar Arya sembari menyusul duduk di samping Laras. "Aku mau nitip sampein kalo istirahat makan siang ini anak-anak pada di kantor aja."
Sontak Laras langsung memutar tubuhnya menghadap Arya dan manatap lelaki itu dengan kedua bola mata mebelalak. "Kamu gila, ya? Emang apaan, sih, sampe anak-anak kantor nggak boleh istirahat makan siang di luar? Ada proyek se-urgent apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
To you.
ChickLit[Daftar Pendek Wattys 2022] Laras baru saja berhenti dari pekerjaannya setelah kontrak kerja tiga tahunnya berakhir. Menginjak usia 27, Laras masih ingin mencari tahu banyak hal tentang dirinya sendiri. Masih banyak mimpi-mimpinya untuk orang-orang...