9. Jennie dan Yeri

2.5K 379 15
                                    

"Pa, jangan usir aku.. Aku mohon, Pa!"

"Pergi kamu! Papa gak sudi punya anak seperti kamu! Tau kamu bagaimana malunya papa saat wanita itu menceritakan semuanya tentang kamu? Hah?"

"Pa, tapi semua itu salah paham.. Aku sama sekali tidak pernah menggodanya pa.. Percaya aku, Pa.."

"Lantas apa untungnya orang itu berbohong? Hah? Buat apa? Mempermalukan dirinya sendiri? Kau pikir begitu?" Laki laki itu menarik tangan anaknya dengan kencang. Dibawa nya anak itu turun dari lantai 2 rumah mereka ke bawah.

Si ibu hanya bisa menangis saat melihat adegan tersebut. Hatinya hancur, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak ada daya dalam dirinya untuk mencegah apa yang dilakukan suaminya.

"Ma, kasian adek ma.. Kalau papa usir, adek mau tinggal dimana ma? Kita kan baru pindah kesini, saudara juga semuanya jauh ma.." Sang kakak merengek, membujuk ibunya untuk melakukan sesuatu. Sementara dia sendiri tidak mempunyai kekuatan untuk menghalang ayahnya.

Dalam hatinya, dia pun takut kalau sang ayah khilaf dan ikut juga mengusirnya. Dia baru lulus sekolah, baru masuk ke Universitas. Tapi dia tidak ingin adiknya pergi.

"Mama juga tidak punya kekuatan untuk melawan papa mu. Mama sudah dua kali terlempar sebelum kamu datang, papa benar-benar marah.."

Sementara sang ayah menghempas anaknya di depan ibu dan kakaknya itu. "Berpamitan pada mama dan kakak mu. Dan pergi lah.."

Anak itu menatap dua orang yang dia sayangi dalam dalam. Pandangannya meminta pertolongan, memohon untuk di tolong. Tapi yang dia tatap malah membuang mukanya.

Sakit. Sakit sekali. Rasanya ini patah hati terberatnya selama 16 tahun dia hidup. Harus bagaimana dia kalau jauh dari mama dan kakaknya itu?

Tidak punya siapa-siapa. Bahkan teman pun dia baru mengenalnya. Hanya karena sebuah kesalah pahaman yang tidak mau di dengar oleh ayahnya, semua nya menjadi kacau.

"CEPAT! KENAPA KAU DIAM?" gertak sang ayah sambil mendorong tubuh anak itu sampai tersungkur.

"Ma.. Unnie.. Aku pergi.. Jaga diri kalian baik-baik.." Suaranya parau, dia berusaha keras untuk mengucapkan kata perpisahan itu. Singkat. Karena tidak mampu dia mengeluarkan lagi kata lain.

Setelah mendengar kata perpisahan itu, si ayah menarik kembali anak itu. Memberi anak itu sebuah tas berisi beberapa pakaiannya.

"Pergi kau dari rumah ku! Jangan pernah menginjakkan lagi kaki mu disini!" Saat sampai di luar rumah, anak itu di hempas ke jalan.

Bocah berumur 16 tahun. Dibuang oleh keluarganya. Dengan alasan yang dia sama sekali tidak pernah diberi kesempatan untuk menjelaskannya.

Dia menatap pintu rumah yang baru saja dibanting oleh ayahnya. Rasanya dia ingin menangis meraung di depan rumah itu. Dan memohon untuk mengizinkan nya tinggal di rumah.

Tapi dia tau watak ayahnya. Dan dia tidak ingin membuat malu keluarga nya dengan melakukan hal tersebut. Dia terpaksa pergi. Meninggalkan orang orang di dalam rumah itu yang dia sangat sayangi.

Dia melangkah kan kakinya gontai. Pikirannya kacau. Tapi yang terpenting dia harus memikirkan kemana dia akan pergi saat ini.

*********

Sudah 1 minggu setelah kejadian itu. Dia merasa sangat lelah. Setiap hari dia harus bangun subuh untuk berlari ke pasar, berebut membawakan belanjaan orang orang yang berbelanja disana.

M A N T A N | JENSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang