Lisa kembali ke apartemen. Lelah sekali dia hari ini. Rasanya ingin sekali tidur di mobil saja, atau kalau tidak tau malu mungkin tadi dia sudah minta menginap di rumah Jennie.Tapi dia harus kembali ke apartemen. Ada hal penting yang harus dia lakukan. Dan si bodoh Jisoo harus diberi pelajaran.
Berjalan dia perlahan setelah memarkirkan mobilnya di lantai basement gedung. Jalannya gontai, hari ini terasa lama sekali berjalan. Setidaknya ada perasaan senang saat Jennie memeluknya tadi. Mereka berjanji akan tetap bertemu dan memperbaiki hubungan mereka.
"Kau harus menceritakan tentang si model itu padaku nanti kalau kita punya waktu luang," Kata Jennie saat Lisa berjalan memasuki mobilnya.
"Baik, lain waktu ya?" Ucap Lisa senang.
Jennie mengangguk. Rasanya sudah lama sekali mereka tidak saling mendengar cerita satu sama lain.
Pertemuan kembali dengan sahabatnya itu membawa Lisa kepada memori masa lalunya yang menyenangkan. Sebelum kegaduhan yang di buat oleh kedua keluarga besar itu, rasanya hidup Lisa sangatlah sempurna.
Terkadang, Lisa ingin menyalahkan takdir. Takdir Ruby dan Jisoo yang begitu saling mencintai, tapi keluarga nya malah saling membenci.
Di dalam lift, Lisa menyenderkan tubuhnya. Lantai demi lantai, kepalanya seakan mau meledak. Belum lagi kata kata Jennie tadi tentang Jisoo. Bodohnya, Lisa pernah menyarankan Jisoo mencari pengganti, dibanding hanya bermain sana sini. Lalu dia mengingat momen dimana dia menemukan Jisoo masih merayakan ulang tahun sahabatnya itu, bahkan setiap tahunnya. Dia tidak bisa membenarkan perilaku Jisoo selama ini, tapi dia tidak bisa mengalahkan perasaan Jisoo yang masih besar pada Ruby.
Bertemu Jisoo beberapa menit lagi, pasti akan ada hal lain yang terungkap. Lisa berpikir, apa hati dan otaknya masih bisa menampung hal ini dalam sehari?
Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Sepertinya malam Lisa masih panjang. Dia keluar lift dengan langkai gontai, melihat pintu unit nya dengan malas. Dia tau, di dalam pasti Jisoo sudah menunggu. Dia menimbang nimbang tasnya. Rasanya cukup berat.
Lisa menekan tombol kunci, lalu membuka pintu unitnya. Benar saja, Jisoo disitu. Di depan televisi yang menyala namun sepertinya tidak dia tonton. Karena Lisa bisa melihat pandangan Jisoo yang lurus, memandang jendela. Dia menyalahkan televisi hanya agar tidak terasa sangat sepi.
Tas tangan yang dia timbang timbang tadi, niatnya untuk memukul kepala Jisoo. Si bodoh ini memang perlu diingatkan. Namun hati Lisa tidak mampu, dia tau.. Hari ini pun berat untuk Jisoo.
Lisa benar, Jisoo sedang fokus melamun. Buktinya, dia tidak sadar saat Lisa masuk ke unit mereka. Saat masuk, Lisa langsung menuju dapur, membuka kulkas dan mengambil sebotol air. Menuangnya dalam mug besar dan menenggaknya habis.
Dia membayangkan, kalau orang jahat yang masuk. Sudah habis Jisoo di tangan orang itu. Dia lalu bangkit, menghampiri Jisoo. Kaget dia bukan main saat melihat Jisoo yang duduk dengan tenang disitu. Jisoo memakai sweater milik Ruby dulu, sweater lusuh favorit Ruby yang mungkin sudah berumur 9 tahun.
"Kim Jisoo..." Panggil Lisa dengan nada serius.
Jisoo tidak bergeming. Apa orang ini tidur dengan mata terbuka? Begitu pikir Lisa.
"Unnie..." Panggil Lisa lagi, kali ini dengan sedikit goncangan pada tubuh Jisoo. Berhasil. Kali ini Jisoo berhasil merespon panggilannya.
"Li? Sudah pulang?" Tanya Jisoo akhirnya.
Lisa lalu duduk lemas di sofa. "Sudah 10 menit gue disini, Unnie..."
"Oh.." Lalu Jisoo kembali diam.