31. Rasa

2.7K 376 27
                                    

PRANK

Sebuah gelas tiba-tiba melayang dan hampir saja mengenai Jisoo dan Jennie. Beruntung mereka sigap dan berhasil menghindar dari lemparan itu.

Seisi ruangan itupun kaget dengan gelas yang melayang cantik hampir mengenai Jisoo dan Jennie yang baru saja masuk ke ruang rawat milik Tuan Kwon.

"BRENGSEK!! Apa yang kau lakukan disini?" Teriak Tuan Kwon melihat siapa yang datang.

Walaupun badannya masih terlihat lemas, dia bahkan masih kuat untuk melempar benda tadi.

"Sayang, tenang dulu.. Itu Ruby datang," Chaerin mencoba menenangkan suaminya.

"Aku tau, tapi buat apa dia membawa anak sialan itu?" Kesal Jiyong.

"Kalau tidak karena Jisoo, aku tidak akan datang kemari," Kata Jennie lantang.

"Jennie..." Jisoo memegang lengan Jennie, mencoba menenangkan mantan istrinya itu.

"Sayang.. Sudah sudah, yang terpenting Ruby sudah datang.." Nyonya Kwon kembali menenangkan.

"Ruby... Anak abeoji yang cantik.."

Kalimat itu lagi, Jennie merasa napasnya tercekat.

"Hampiri abeoji mu.." Kata Jisoo lembut di telinga Jennie.

Jennie menatap Jisoo seperti tidak yakin, tapi Jisoo tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Akhirnya Jennie memberanikan dirinya untuk perlahan maju mendekati pria paruh baya itu.

Selangkah demi selangkah dia maju, makin terlihat wajah pria itu. Wajah pucatnya, rambutnya yang di biarkan jatuh, kerut matanya, kering di bibirnya, bahkan tubuhnya yang terlihat mengurus.

Dulu saat dia remaja, Jennie selalu takut dengan kenyataan orang tuanya yang juga akan bertambah tua hari demi hari. Bagaimana hidup Jennie nantinya tanpa mereka? Tanpa sosok abeoji nya, orang yang sekarang ada di depan matanya itu.

Memang kejadian 8 tahun yang lalu itu memberikan banyak pelajaran untuk Jennie. Entah dia harus membenci atau berterima kasih pada mereka. Karena pengalaman hidup yang luar biasa ini.

Langkah demi langkah, Jennie melihat wajah ayahnya itu. Senyum di bibir nya kian mengembang lebar saat mereka makin dekat. Dan saat mereka berhadapan, Jennie membungkukkan tubuhnya penuh hormat.

Bagaimana pun, dia akhirnya harus berpikir jernih. Dia akhirnya harus menerima, bahwa yang dilakukan kedua orang tuanya adalah untuk kebaikan dirinya.

Dan dalam hatinya, dia ingin dengan segera menyelesaikan masalah yang kembali di mulai oleh Jisoo. Dia tau, hanya ayahnya yang mampu melawan ketamakkan tuan Kim.

"Kenapa memberi hormat seperti itu, nak? Aku kan abeoji mu.." Kata Jiyong sambil memegang pundak Jennie.

Jennie bangkit dan menatap ayahnya itu dengan mata yang sudah tidak bisa lagi membendung air matanya.

"Maafkan abeoji, sayang.. Maaf kalau selama ini abeoji menyakiti mu," Suara Jiyong bergetar saat mengucapkan hal itu.

Ada sedikit keraguan dalam diri pria itu, apa masih pantas dia memeluk anak kesayangannya itu setelah semua yang dia lakukan padanya dulu?

Lidah Jennie terasa kelu. Ingin sekali dia berbicara, namun dia seperti kehilangan kemampuan untuk bicara.

Jisoo memandang ayah dan anak itu, dia paham apa yang di rasakan oleh Tuan Kwon. Rasa bersalah pasti menyelimuti dirinya, sama seperti Jisoo akhirnya bertemu dengan Jieun beberapa bulan yang lalu.

M A N T A N | JENSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang