Warning: Chapter panjang. Panjang bingit.
"MAMAAAA.....!!!!" teriak anak itu saat melihat orang yang Jennie tunjuk.
Begitu kaget Jennie, Wendy dan Yeri. Bagaimana anak ini bisa tau kalau Jisoo adalah Mama nya?
Jieun berlari kearah orang yang tadi di tunjuk Jennie. Sedangkan orang itu, bingung harus bagaimana.
Si kacang. Kini sudah tumbuh menjadi anak kecil yang cantik. Perasaan memang tidak bisa berbohong. Pertama kali dia melihat Jieun hatinya terasa sangat hangat. Seperti bertemu dengan orang yang sangat dia sayangi, padahal saat itu mereka belum pernah bertemu.
Bagai adegan dalam film, Jieun yang berlari itu bagai adegan slow motion di mata Jisoo. Sampai di depan Jisoo, dia bisa melihat senyum anak itu lebar dan kemudian memeluknya erat.
Seluruh badan Jisoo rasanya hangat, begitu pun juga hatinya. Pelukan yang dia impikan selama ini. Dia ingat dulu saat anak ini masih dalam kandungan ibunya, dia ingin si kacang nya cepat keluar dan memeluknya erat.
Tanpa Jisoo sadari, air matanya jatuh. Perasaannya campur aduk. Satu sisi dia bahagia, sangat bahagia. Sisi lain dia merasa bersalah, karena kebodohannya lah dia hampir kehilangan anak ini selamanya. Satu sisi, hatinya hancur mengingat betapa selama ini anaknya hidup dalam keluarga yang tidak utuh, hidup susah karena ibunya harus merelakan hidup mewahnya demi bersama Jisoo.
"Mama.. Jieun senang sekali bisa bertemu mama," Kata anak itu dalam pelukannya.
Dia tidak bisa berkata kata. Setelah bertahun-tahun dia membayangkan dapat mendengar si kacangnya memanggilnya dengan panggilan Mama, hari ini khayalannya menjadi nyata. Dalam pelukan Jieun, Jisoo malah menangis terharu.
"Ma? Ini benar kan mamanya Jieun?" Tanya Jieun sambil melepas pelukan Jisoo, di sentuhnya pipi Jisoo lembut.
Mata mereka bertemu, anak ini benar-benar mirip dengan Ruby. Istri yang sangat dia cintai. Jisoo memegang tangan Jieun yang ada di pipinya lalu mengangguk.
"Ini Jieun kan? Kim Jieun?" Tanya Jisoo lembut.
Jieun mengangguk antusias.
"Iya nak, ini mama.." Tangis Jisoo kembali pecah, dipeluknya anak itu kembali.
Wendy dan Yeri pun ikut terharu melihat itu. Menurut Wendy, Jisoo berhak bahagia. Apalagi Jieun.
Sedangkan Jennie sudah membalikkan badannya. Menahan dirinya untuk tidak menangis lebih lagi. Tidak sanggup dia melihat adegan mengharukan ini.
"Maafkan mama ya, nak.. Selama ini mama tidak ada disamping Jieun..." Ucap Jisoo disela tangisnya.
Jieun mengelus kepala Jisoo lembut. "Tidak apa, kan setelah ini mama akan ada terus buat Jieun kan?"
Jisoo memeluk Jieun makin erat. "Mama janji sayang, mama akan ada terus buat Jieun mulai sekarang,"
Jennie yang mendengar itu, memegangi dadanya. Hatinya sakit sekali. Tiba-tiba dia merasa bersalah, harusnya dia tetap bertahan dan mencari Jisoo setelah kelahiran Jieun. Selama ini dia egois, berpikir dia cukup mampu memberi Jieun kasih sayang tanpa pernah merasa kurang. Sayang ternyata dugaannya salah. Anaknya itu pandai menutupi perasaannya, hanya karena tidak mau membuatnya sakit hati.
"Ji.. Sebentar lagi flight kalian," Tegur Wendy setelah melihat jam di tangannya.
Jisoo langsung mengelap air matanya. Tiga hari kedepan, harus dia manfaatkan sebaik mungkin.
"Jieun sudah siap liburan?" Tanya Jisoo semangat. Si anak mengangguk tidak kalah semangatnya. "Jieun sama mommy dulu ya, mama ada perlu sebentar sama auntie Wendy.."
